"Mas Elvano, tolong pelan-pelan jalannya, saya kesusahan membawa koper ini." Pria itu bungkam, membuat Leana mengatupkan bibir.
Setelah pulang dari kantor urusan agama, Elvano memang langsung menuju ke kediaman utamanya, Leana yang tak tahu apa-apa hanya pasrah mengikuti sang suami.
Tidak ada yang namanya resepsi pernikahan atau pesta besar-besaran, karena mereka menikah di KUA. Dan itu pun hanya keluarga inti serta teman terdekat saja yang mengetahuinya.
"Kamar kamu ada di ujung, sedangkan kamar utama saya yang tempati. Jika butuh apa-apa bisa langsung hubungi, Mbok Sumi."
Leana mengangguk paham, sedangkan Elvano dengan cepat membuka pintu kamarnya. Dan meninggalkan Leana yang masih mematung di tempatnya.
"Oke Lea, ini baru awal. Semangat! Demi adik dan kedua orang tuamu!" Setelahnya Leana berjalan dengan santai menuju kamar, perempuan itu menyeret kopernya dengan sedikit kesusahan, apalagi roda kopernya yang tinggal dua buah. Membuat Leana mengeluarkan tenaga ekstra.
Ketika sampai di kamar yang akan dia tempati, Leana berdecak kagum melihatnya. Ini terlalu mewah, apalagi ditambah dengan interior yang memanjakan mata. Leana akui dia bukanlah berasal dari keluarga yang status sosialnya tinggi, dan melihat secara langsung gaya hidup orang kaya membuatnya takjub akan kemewahan yang disuguhkan.
Rasanya masih terasa mimpi bisa tinggal di rumah mewah seperti ini.
Perempuan itu bergegas membereskan pakaiannya dari dalam koper, dan memindahkannya ke dalam walk in closet. Setelah selesai, Leana membuka pintu kamarnya, menuruni undakan tangga menuju ruang makan. Karena ingin mengisi perutnya yang tak menyentuh nasi sedari pagi hingga larut malam seperti ini.
"Akh!" Leana memekik pelan ketika melihat Elvano yang duduk dengan santai sembari menyantap hidangannnya dengan cahaya lampu remang-remang. "Maaf, saya kira bukan Mas Elvano." Pria itu bungkam, membuat Leana tersenyum kikuk.
"Kenapa masih berdiri? Duduklah, dan makan dengan tenang," titah Elvano dingin.
Leana bergegas mengambil duduk di hadapan pria itu, dia menyendok nasi dengan hati-hati. Lalu mengambil sepotong ayam dan sedikit sambal. Leana mulai menyantap hidangannya dengan tenang, sesekali atensinya mengarah pada sang suami.
Sangat tenang dan tak tersentuh. Membuatnya begitu segan mengajak dokter tampan itu untuk sekedar berbasa-basi.
"Saya akan ke rumah sakit setelah ini," ucap pria itu.