Setelah jam kerjanya selesai, Leana dengan cepat bergegas pulang ke kediaman Elvano. Ia memesan ojek online, karena tidak mungkin dia menggunakan taxi—yang pastinya akan sangat mahal. Leana terengah karena berlari dari pagar rumah menuju pintu utama. "Apa memang rumah orang kaya rata-rata luas seperti ini," gumamnya dengan napas memburu.
"Bu Leana, kenapa berlari sampai keringatan? Apakah ada yang berbuat jahat kepada, Ibu?" tanya Mbok Sumi, langsung menghampiri Leana dengan tergesa-gesa. Takut jika sang majikan kenapa-napa.
"Tidak, Mbok." Leana berujar kikuk, dia tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Apakah Mama mertua saya sudah datang, Mbok?"
Mbok Sumi menggeleng singkat. "Kata Pak Elvano sehabis magrib, sekalian ikut makan malam bersama."
Leana seakan ingin menjatuhkan rahangnya, jangan katakan jika Elvano mengerjainya! "Kalau Mas Elvano sudah pulang tidak?"
"Pak Elvano baru saja pulang, mungkin lagi di ruang tengah bersama Mbak Zelina," jawab mbok Sumi
Leana tertegun, tapi dia dengan cepat mengenyahkan pikiran buruknya. Walaupun menikah tanpa dasar cinta di antara mereka berdua, Dia jelas tahu jika pernikahan adalah hal yang sangat sakral. "Apakah Mbak Zelina ikut makan malam juga, Mbok?" tanya Leana hati-hati.
"Ikut, Bu. Keluarga Pak Elvano memang dekat dengannya. Sudah pasti dia akan diundang dalam acara apa pun."Wajah mbok Sumi terlihat santai kala mengatakan semuanya, padahal kemarin wanita paruh baya itu sangat kaku. Selalu berucap hati-hati, entah mengapa Leana sedikit merasa aneh melihat perubahannya.
Perempuan itu menghembuskan napas berat. "Ya sudah, kalau begitu saya temui Mas Elvano dulu ya, Mbok."
"Ya! Lebih cepat lebih baik!"
Leana sampai tersentak kaget kala mbok Sumi berseru semangat. Namun, tak urung perempuan itu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.
"Ah—Vano ... menyebalkan! Pokoknya kita harus dateng ke acara reuni itu. Ajak saja istri kamu, please?"
Leana terpaku melihat kedekatan kedua lawan jenis di depannya. Apalagi ketika Zelina tak segan menepuk pelan lengan Elvano, dan sepertinya pria itu tidak keberatan.
"Maaf mengganggu waktu Mas Elvano sama Mbak Zelina." Leana berujar gugup, pun ketika mata pria itu menyorotnya tajam.
"Eh, Leana. Duduk di sini, yuk!" Zelina berseru riang seraya menepuk sofa disampingnya.
Leana tersenyum singkat pada Zelina, lalu melangkah menuju Elvano "Maaf Mas Elvano, saya pulang telat," ucap perempuan itu sambil mencium punggung tangan sang suami.