Adzan berkumandang. Mata yang terlelap mulai terbuka. Berjuang mengalahkan rasa kantuk dan bisikan jin-jin pengikat tubuh. Sungguh merugi orang yang terlena akan buaian pelukan syetan.
Para pejuang subuh melangkah memenuhi panggilan Ilahi. Udara yang dingin tak sedikitpun jadi penghalang bagi mereka. Diantara keramaian itu tampak lelaki jangkung berjalan penuh keyakinan. Kulitnya yang menggelap tak mampu menghilangkan pesona yang dimiliki, malah menjadikan sosok itu bersahaja.
"Nak Nelson, sudah sembuh?" tanya pria paruh baya sembari berjalan mendekati Nelson.
"Alhamdulillah, sudah mendingan pak Haji."
Nelson meraih tangan pria paruh baya yang dipanggilnya Pak Haji. Beliau merupakan tokoh masyarakat dan sangat disegani oleh warga sekitar.
"Hmm ... Pak Haji," ucap Nelson ragu.
"Apa yang bisa saya bantu?"
Melihat gerak-gerik Nelson, laki-laki paruh baya yang banyak malang-melintang di kehidupan langsung paham dan dapat membaca pikiran Nelson.
Ditepok pelan pundak Nelson, bibirnya tersenyum tulus menawarkan bantuan.
"Saya butuh pekerjaan, Pak Haji." Akhirnya kata itu tercetus juga. Tak ada lagi Nelson Putra Adiningrat yang selalu menjaga imejnya. Terpenting sekarang, dia harus bekerja, apapun itu. Selagi halal dan bisa menafkahi istri serta memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hilang semua gengsi yang selama ini dijaga.
"Nak Nelson tahukan usaha saya? Kalau mau bekerja, ya nggak jauh dari usaha itu." Pak Haji menatap Nelson. Berharap laki-laki di hadapannya paham tanpa harus menjelaskan.
"Tahu Pak! In shaa Allah saya bisa mengendarai mobil serta memiliki surat izin mengemudi." Nelson menjawab yakin.
"Baiklah! Untuk sementara Nak Nelson bisa menggantikan Jaka. Dua hari yang lalu dia pulang kampung dan entah kapan balik kembali. Kalau sudah siap, bapak tunggu di rumah. Sekalian mempersiapkan surat-surat kendaraan."
"Baiklah, Pak Haji. Saya pulang dulu. In shaa Allah setengah jam lagi saya ke rumah bapak. Terima kasih atas bantuannya. Wassalammualaikum."
Kembali Nelson menjabat tangan pria paruh baya itu, pamit dan melangkah menuju kontrakannya.
"Assalammualaikum." Dengan hati yang berbunga-bunga dan satu harapan nan indah, Nelson mengucap salam.