Emily dimasukkan ke dalam ruang tahanan yang mana sudah berisi lima perempuan narapida lainnya.
"Bargaullah dengan baik dengan para seniormu," salah satu sipir memberi nasihat yang terdengar seperti sebuah ejekan. Sipir tersebut pun menarik pintu jeruji besi dengan kasar dan hal itu ia lakukan dengan sengaja hingga membuat Emily berjengkit kaget.
Tidak peduli dengan keterkejutan yang dialami Emily, setelah memastikan gembok dan kuncinya aman, sipir itu pun meninggalkan Emily bersama lima tahanan lainnya.
Emily pun melangkah masuk secara perlahan. Mengulurkan tangan mencoba meraih apa yang bisa ia jadikan sebagai pegangan. Ia tidak tahu gambaran ruangan ini seperti apa dan setelah menjadi buta selama hampir 6 bulan tetap saja ia belum terbiasa dengan kondisinya.
Selama 6 bulan, ia hanya berada di rumah sakit. Ada Morin dan Jovan yang baik hati untuk menolongnya dengan ikhlas. Dan sekarang ia bagaikan sebatang kara yang dilemparkan ke tempat asing yang tidak pernah ada dalam bayangannya sama sekali. Ruangan yang begitu sangat pengap dan berbau tak sedap.
Menyadari bahwa ada orang lain di dalam ruangan itu, Emily dengan sebaik mungkin tidak menunjukkan ekspresi menggelikan akibat ketidak nyamanan atas bau yang tercium oleh hidungnya, bau busuk yang menjijikkan. Ia takut para penghuninya merasa tersinggung.
"Ha..halo," sapanya dengan suara terbata seraya menganggukkan kepala satu kali sebagai salam hormatnya. Terdengar kekehan dari balik punggungnya.
"Apa yang kau lakukan wanita buta! Kau menyapa toilet, kami berada di belakangmu, idiot!" salah satu dari lima wanita itu berucap dengan kasar yang disahut teman lainnya dengan gelak tawa puas.
Emily segera memutar tubuhnya, "Ma-maaf,"
"Jika kata maaf bisa menyelesaikan perkara, kau, aku dan mereka tidak akan ada di sini, bodoh!" kembali hinaan terdengar yang ditujukan pada Emily. Emily merasa ciut seketika, ia gugup dan takut. Baru beberapa menit di sini ia sudah merasa tempat itu mengerikan.
"Jadi kesalahan apa yang sudah kau lakukan?"
"Kesalahan?" Emily mengulang sepenggal pertanyaan yang ditujukan padanya.
"Kasusmu?"
"Tabrakan yang membuat nyawa melayang," lirihnya.
"Membunuh, wow! Wanita psikopat!" ledek yang lainnya.
Emily hanya bergeming tidak memberikan reaksi. Hal yang selalu ia lakukan jika menyangkut perkara yang dialaminya mengenai kecelakaan yang ia alami.
"Welcome to the club. Kita satu server!" sahut yang lainnya.