“Bagaimana keadaannya? Apa dia sudah pulih?” Ellard memainkan bolpoin di jarinya. Setelah satu minggu ia kembali mendatangi rumah sakit untuk menjenguk Emily. Tepatnya memastikan apa wanita itu masih bernyawa atau tidak.
Memastikan nyawa Emily sangat lah penting baginya, bukan karena ia peduli tapi karna ia ingin nyawa wanita itu berada dalam genggamannya. Tidak boleh ada satupun yang berhak melukai wanita itu selain dirinya. Dan percayalah Beti berserta kelompoknya mendapat imbas dari apa yang mereka lakukan. Ellard memerintahkan pekerja di rumah tahanan agar tidak memberi makan mereka selama satu minggu. Beraninya mereka menyentuh mangsanya.
“Kau datang untuk mengunjungi calon istrimu?” pertanyaan yang dilontarkan dengan nada geli itu membuat Ellard memutar kursinya untuk menatap Jovan. Masih dengan wajah geli, Jovan melangkah mendekati mereka sambil mengeringkan tangannya. Pria itu baru keluar dari dalam toilet.
“Wajah sumringahmu terlihat bahwa kau sangat mendukung keputusan bodoh bin gila itu, Jovan!” hardik Morin, menatap kesal ke arah suaminya. Bahkan setelah berlalu dua minggu, Morin tetap enggan untuk berbicara pada Ellard. Ditambah dengan ulah baru yang akan dilakukannya dalam waktu dekat. Menikahi Emily.
Jovan menggidikkan bahunya, ia berdiri di samping istrinya sembari merangkul bahu wanita yang sangat dicintainya itu. “Aku bisa apa jika dia sudah mengambil keputusan.”
Morin mendelik kesal sedangkan Ellard yang mendengar pernyataan Jovan terkekeh sambil menganggukkan kepala.
“Nah, kau lihat itu. Setelah sekian lama akhirnya kita bisa melihat gigi adikmu, sayang,” Jovan menatap Ellard dengan tatapan menggoda. Kekehan Ellard seketika berubah kecut. Ia juga tidak sadar bahwa ia sedang tertawa.
“Sepertinya Emily akan membawa pengaruh baik untuknya,” Jovan masih saja menggodanya tanpa peduli dengan wajah masam yang ditunjukkan oleh iparnya itu.
“Tapi dia akan membawa pengaruh buruk untuk Emily.” Tegas Morin yang membuat Ellard mendengkus dengan kasar.
“Kau tahu aku tidak akan membantah hal itu,” Jovan membenarkan sembari tertawa.
“Apa yang diberikan wanita itu pada kalian sehingga kalian berdua terlihat sangat menyebalkan. Perlu kuingatkan dia seorang pembunuh!”
“Dia membayar Morin dengan mobilnya,” aku Jovan dengan jujur yang mendapat pukulan dari istrinya.
Ya, atas perawatan yang diberikan oleh Morin dan suaminya, Emily memang memberikan mobilnya pada Morin. Mobil sport limitid edition yang dibandrol dengan harga selangit.
“Bukankah mobil itu juga hancur?” Ellard menegakkan tubuhnya.
Jovan membenarkan dengan menganggukkan kepalanya. “Dan sekarang mobil itu sudah kembali sehat dan normal setelah menjalani perawatan di tangan seorang mekanis handal dan terpercaya,” Jovan mengerling jenaka.
“Aku tidak tahu kau sangat murahan. Hanya karena sebuah mobil kau lebih mendukungnya dibanding dengan adikmu,” sindir Ellard dengan tatapan mengejek. “Aku bisa membelimu jika kau mau,”