Pov : Brahma
"Nab, Kenapa Siluman Lembu itu berniat membunuhmu? " Aku penasaran dengannya.
"Kata Mbah Jarwo ada dua kemungkinan Mas."
"Apa itu Nab?"
"Lembu Asura berniat mengambil sukmaku dan menjadikaku istrinya dan kemungkinan yang kedua dia teramat membenciku karena aku disukai Raja Jin dari alam lain."
⭐⭐⭐⭐⭐
Pov : ketiga
20 November 2020
Suara klakson terdengar begitu panjang, sinar mentari merembes ke dalam cahaya mobil. Mata Zaenab berkunang-kunang, tak tahu apa yang terjadi semalam. Pelan, pelan, dan pelan matanya mendadak tertutup dan dayanya hilang. Gelap.
"Nab, bangut Nab."
Zaenab membuka matanya. Kini, dia mendadak berada di kamar yang megah bak istana. Dua gadis duduk di sampingnya, salah satunya adalah Astrid mantan tunangan Mas Brahma. Dari ornamen disekelilingnya, kamar itu bernuansa Timur-timur tengah. Dia bertanya-tanya apakah dia masih di alam manusia.
"Syukurlah, akhirnya kamu sudah sadar Nak." Di pagi buta Mbah Jarwo begitu asyik ngevape, kali ini vapenya rasa cappuccino. Aromanya begitu menggema menusuk hidung Zaenab yang merana.
"Kita ada di mana Mbah?" tanya Zaenab.
"Hampir saja kemarin kita mampu*s Nab."
"Sepertinya, kamu pingsan kala mendengar ajian Gledek Agung milikku. Itu adalah sebuah mantra rumit yang bisa memindahkan kita ke alam ghaib."
"Jadi semalem kita ke alam ghaib?"
"Betul." Mbah mengodok satu celana miliknya. Tiga buah batu merah delima yang dikodok dari saku Mbah Jarwo buat Zaenab mempesona. Mistik dan begitu cantik. Warnanya merah berkilau seperti tomat segar yang baru dipetik. Dibalik kilaunya ada energi terselsmbung yang melindunginya.
"Apa itu Mbah?"
"Ini batu merah delima, buat energi proteksi dari demit kelas atas."
"Sekarang kita lagi di alam ghaib kah?"
"Tenang saja Nab, sekarang kamu ada dipenginapan dekat Gunung Kelud, dan dua gadis disampingmu itu bukanlah selir ghaib," lagi tegang-tegangnya Mbah Jarwo malah melawak. Tuman.
Zaenab clingak-clinguk kanan kiri, mencari keberadaan mertuanya Si Babeh yang hilang ditelan bumi. "Mbah, si Babeh kemana kok gak kelihatan. Bukankah dia yang jadi supir kita?"
Mbah Jarwo menyimpan vape di samping meja kecil, wajahnya nampak begitu murung. "Dia meninggal saat di alam Jin. Matinya tragis sekali. Tombak Lembu Asura menancap diwajahnya, tepat ke arah mulutnya tembus ke kerongkongannya. Dia tersedak hingga kehabisan darah. Mayatnya kulemparkan saja ke Buto Ijo di hutan Blora!"
Raut Zaenab nampak begitu sedih.
"Bwahahahahahhahaa!" Mbah Jarwo ketawa ketar-ketir. "Bercanda Nab, Bercanda! Polos sekali kau jadi orang!" Dukun gila cekakak-cekikik bikin hati Zaenab tercekik-cekik.
"Lalu kemana dia?"
"Beahahha, dia kembali ke Siluman Kerta. Malu sekali aku membawanya ke alam Siluman. Baru lihat demit kasta pembantu macam pocong melayang saja, sudah terberak-berak dicelana. Karena pantatnya bau sigung, kusuruh dia balik saja pas kita sudah balik ke alam manusia dan nganterin Mbah ke penginapan."
"Syukurlah kalo selamat Mbah," sahut Zaenab. "Seandainya babeh meninggal, tak haruslah aku ikut ritual seperti ini."
"Hahahaha, kalo begitu selamat menikmati perjalanan wisata ghaib, " timpal Mbah Jarwo. "Sekarang Mbah mau cari angin dulu, laper pengen jajan."
"Siap Mbah!" balas Zaenab beserta dua gadis disebelahnya.
"Ingat, nanti malam kita bakal berangkat ke terowongan Ampera. Di sana kita bakal mulai wisata ghaib lagi." Kali ini suara Mbah kembali lugas dan serius. Dingin.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di sebuah kamar megah, tiga wanita mulai motah. Saling berbagi cerita, saling membagi derita. Tuk memecahkan keheningan gadis NTT nan manis memulai percakapan. "Halo Mbak, kenalin aku Maya dari Kupang NTT." Gadis berkulit kelam tersenyum senang ke arah Zaenab yang mulai tenang. Mereka berjabat tangan bak bapak-bapak hendak bermain catur.
"Perkenalkan aku Zaenab, dari Bandung."
"Ah, Ka Zaenab kenalin ini ka As—"