Angin berhembus tenang. Membawa udara dingin yang didapatnya dari tengah laut. Membuat manusia semakin terlena, semakin setia terlelap dengan mimpi-mimpi indahnya di balik selimut. Cirebon, malam itu hening. Hanya terdengar suara beberapa serangga yang menderik seperti sedang memadu kasih. Langit masih menutupi wajahnya dengan cadar gelap. Bintang-bintang menjelma menjadi bintik-bintik terang. Ada satu cahaya purnama yang dominan memberikan terang kepada bumi.
Setelah ditinggal oleh bapaknya, kini Raihan bersama keluarganya harus bisa berjuang melawan pahitnya hidup. Ujian-ujian hidup silih datang berganti tanpa permisi. Kini Raihan mulai semakin mendalami tentang islam. Hatinya mencoba lebih didekatkan lagi pada Allah, pedoman hidupnya pun kini selalu berpegang pada firman-firman Allah. Walaupun hidup terus menghimpit dirinya dan keluarganya, namun dia tetap yakin inilah skenario Allah yang harus ia jalani, yang harus ia temukan hikmah juga pesan-Nya yang ingin disampaikan kepada dirinya dan keluarganya.
Malam itu semua anggota keluarga Raihan sedang tertidur pulas, namun Raihan dengan keikhlasan dan niat yang kuat melaksanakan shalat tahajjud. Shalat yang dulunya bolong-bolong, kini seperti sudah menjadi agenda rutin baginya. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Isra ayat 79:
“Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
”Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allahuakbar….”
Setelah melaksanakan shalat tahajjud dua rakaat, lalu Raihan melanjutkannya dengan istigfar, zikir dan doa tahajjud, keinginan dan harapan-harapannya pun mengalir deras melalui doa yang diucapkannya penuh rasa ikhlas dan haqqul yakin. Ia sangat bisa memanfaatkan moment ini untuk berdoa. Di dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Rabb kita (Allah tabaroka wata’ala) turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: ‘Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. Barangsiapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya. Dan barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.’ (HR. Imam al-Bukhari).
“Ya Allah, Engkaulah Maha pengasih yang tidak pilih kasih, Engkaulah Maha penyayang yang kasih sayangnya tidak pernah terbilang. Mohon jaga dan tempatkanlah almarhum bapakku di surga-Mu. Kuatkanlah bagi ibu, hamba, dan adik-adik hamba agar bisa menjalani hidup ini dengan ikhlas, syukur, dan tawadhu. Ya Allah berikanlah kesehatan kepada ibu hamba, kebahagiaan kepada ibu hamba, Engkau yang Maha Memungkinkan dari apa yang manusia anggap tidak mungkin, tolong berikanlah hamba dan adik-adik hamba kesuksesan dunia dan akhirat agar ibu hamba bisa merasa bangga, bisa merasakan bahagia, dan terlupa dari segala hal yang membuatnya sedih dan bersusah payah, Ya Allah tolong kabulkanlah doa-doa hamba..Aamiin.” Seketika Raihan mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya dan menghapus cucuran air mata yang sempat membasahi pipinya.
“Uhuk, uhuuk, uhuuk!” Raihan mendengar suara batuk ibunya dari dalam kamar. Segera, setelah melipat sajadahnya, Raihan menghampiri ibunya dengan membawa segelas air putih hangat.
“Bu, ini diminum dulu.”
“Iya, Han.”
“Ibu kok badannya panas? Besok kita ke Puskesmas ya, Bu!?” bujuk Raihan dengan suara lembut, sambil tangannya mengusap-ngusap punggung ibunya.
“Gak usah, ibu gak apa-apa kok, Han. Paling cuma kecapean aja, tidur sebentar nanti juga sembuh sendiri.”
“Ya udah kalo gitu. Ibu sekarang tidur lagi ya biar cepet sembuh.”
Raihan membantu ibunya untuk kembali berbaring. Saat mata ibunya sudah mulai terpejam. Di situ Raihan bisa melihat dengan sangat jelas__dekat wajah ibunya. Raut wajah yang memang terlihat sangat renta. Keriput di keningnya seperti tertuliskan perjuangan-perjuangan kerasnya untuk semua anak-anaknya. Dilihat lagi ibunya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambutnya kini sudah terlihat ada beberapa yang memutih, kulit-kulitnya terasa sudah tidak kencang lagi, badannya pun lebih terlihat kurus sepeninggalan bapak.
Sebelum kembali ke kamarnya. Raihan sempat mengambilkan selimut di kursi dekat ranjang ibunya. Diselimutilah ibunya. Diciumlah kening ibunya. Lalu dia berdoa dalam hati Syafakallah..Ya Allah aku sangat mencintainya, janganlah kenyataan hidup semakin menyakitinya. Tolong jaga bahagianya, ya Allah.