Isyarat Sabda Cinta

Hanang Ujiantoro Putro
Chapter #6

Bimbang

Hati manusia bukanlah terbuat dari baja yang sangat kuat dan tak tembus peluru senjata api atau senjata-senjata tajam lainnya. Hati manusia terbuat dari sebongkah daging yang amat mudah sekali dilembutkan juga dikeraskan. Amat mudah sekali dibolak-balikan seperti buku. Semuanya tergantung pilihan kita bagaimana mau memposisikannya. Jika kita membalikan posisi sebuah buku pasti kita akan menemui dua posisi berbeda saat membacanya. Kita tidak akan bisa memahami intisari sebuah buku ketika kita membaca bukunya dengan posisi terbalik. Bukan membacanya yang salah tapi posisi bukunya yang salah. Ya, sama hati pun begitu! Kita tidak akan bisa memahami realita hidup jika kita salah memposisikan hakikat hidup. Bukan kita bodoh tidak mengetahui realita hidup, tapi karena hati kita telah salah memposisikan hidup.

Hidup ini pilihan. Jika kita memposisikan hidup kita hanya dekat dengan dunia maka sesungguhnya manusia itu telah tersesat,dan begitu juga sebaliknya. Perihal akhirat lebih penting daripada dunia, tapi perihal dunia juga penting untuk sampai pada tujuan akhirat. Dalam Al-Qur’an pun, di surat Al-Qoshos, ayat 77 sudah dijelaskan; “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi.”

 Sederhananya jika kita bijak maka sebaiknya akhirat itu dihujam dalam hati, sedangkan dunia digenggam dengan tangan saja. Apabila tangan kita merasa panas saat menggenggam, cobalah periksa kembali sesuatu yang kita genggam itu.

+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++

Kita tidak akan bisa memahami intisari sebuah buku ketika kita membaca bukunya dengan posisi terbalik. Bukan membacanya yang salah tapi posisi bukunya yang salah. Ya, sama hati pun begitu! Kita tidak akan bisa memahami realita hidup jika kita salah memposisikan hakikat hidup.

+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++===+++

Satu hari sebelum Raihan menyerahkan uang donasi kepada Amir, ada kejadian yang mengganggu hati, iman dan pikirannya. Ujian itu datang melalui keluarganya yang paling disayangi melebihi dirinya sendiri. Pada saat itu Zidan meminta untuk dibelikan sepeda motor kepada ibunya yang sedang memasak di dapur.

“Bu, Zidan kalo pas belajar di kelas gak bisa konsentrasi,” curhat Zidan kepada ibunya, mengawali pembicaraan.

“Loh, kenapa begitu?” tanya ibu.

“Soalnya Zidan capek! Harus jalan kaki ke jalan raya . Belum lagi harus naik dan bayar angkot pulang pergi ke sekolah. Jadi udah capek, pengen jajan malah duitnya kurang, kepotong bayar angkot. Capek iya! laper iya! Yaaa..ujung-ujungnya gak bisa konsentrasi belajar!”

“Memangnya selama ini uang jajan kamu udah gak cukup lagi, Nak?”

“Yaaa, iya Bu,,hmm pokoknya Zidan pengen dibeliin motor, Bu!” sergah Zidan mulai pada inti pembicaraan.

  Sang ibu langsung terdiam dan berpikir sesaat sebelum melanjutkan kata-katanya. Tetapi sebelum Bu Nani mendapatkan jawaban di pikirannya, tiba-tiba Fatimah ikut bicara.

“Yeee…kalo itu mah Mas Zidan bukannya gak bisa konsentrasi belajar Bu! Tapi emang pengen dibeliin motor aja!” tampik Fatimah. Tangannya masih memarut kelapa.

Lihat selengkapnya