Isyarat Sabda Cinta

Hanang Ujiantoro Putro
Chapter #12

Bulek Marni dan Keluarganya

“Anjar, sini mainnya jangan jauh-jauh! Sini bulek mau cium!”

“Tuh, Anjar dipanggil sama bulek tuh!”

Anak laki-laki yang masih polos itu tengah sibuk sendiri mengganggu kucing yang sedang enak-enaknya tidur siang di keset. Dielusnya sang kucing, lalu sesekali anak berusia kurang lebih empat setengah tahun itu berusaha menarik-narik keset yang ditiduri oleh sang kucing.

Namanya Anjar Rahmat Pratama. Anak laki-laki yang kini mendapatkan pengasuhan dan kasih sayang dari Bulek Marni dan Pakle Suro. Tidak ada yang tahu pasti tanggal berapa Anjar lahir. Beberapa tahun yang lalu Bulek Marni tidak sengaja menemukan bayi mungil terbungkus kain jarik batik di depan tokonya. Entah ibu mana yang tega membuang bayi tak berdosa itu.

“Pak! reneo disik, Pak!!! Iki bayine sapa ana ning toko kita!!?? Bulek Marni sontak terkaget sekembalinya dari kamar kecil.

Beberapa warga yang penasaran langsung mengerumuni toko bulek. Setelah diadakan musyawarah dengan Pak RT, Pak RW dan tokoh masyarakat, lalu bulek dan pakle diminta membuat laporan ke kantor polisi. Bulek dan pakle merawat bayi tersebut, sementara menunggu kabar dari polisi tentang asal-usul dan orang tua si bayi. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Pihak polisi belum memberi progress kabar yang berarti. Sempat para tetangga menyarankan agar bayi tersebut dititipkan saja di panti asuhan. Namun karena bulek sudah terlanjur sayang kepada sang bayi, akhirnya mereka berdua sepakat untuk merawat dan membesarkan bayi itu.

Terlebih lagi, beberapa tahun yang lalu bulek dan pakle pernah kehilangan Farhan, anak semata wayangnya yang meninggal mendadak pagi hari di tempat tidurnya, dengan keadaan sekitar leher yang membiru. Padahal saat malam sebelum kejadian ia masih sehat bahkan bermain futsal bersama teman-temannya.

Kata dokter ini adalah penyakit angin duduk. Penyakit ini bukanlah masuk angin biasa, meskipun gejala awalnya mirip yang ditandai dengan pusing, mual, kembung, keluar keringat dingin, lemas, kadang ada rasa nyeri di dada. Gejala yang nampak seperti masuk angin biasa ini seringnya dianggap sepele, padahal hanya dalam waktu 15 sampai 30 menit orang yang terserang angin duduk bisa langsung meninggal dunia, tapi kebanyakan penderita awalnya terlihat sehat-sehat saja. Dalam dunia kedokteran, angin duduk disebut SSJKA yaitu Syndrom Serangan Jantung Koroner Akut. SSJKA disebabkan karena adanya penyumbatan atau penyempitan tidak total pada pembuluh koroner sehingga darah tidak bisa mengantarkan oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh jaringan dinding organ jantung. Penyempitan ini biasanya diakibatkan oleh banyaknya timbunan lemak-kolestrol atau aterosklerosis, sumbatan sel beku darah atau trombus, penyempitan akibat kejang terus menerus atau vasokontriksi, dan infeksi pada pembuluh darah sehingga jantung pun kurang pasokan oksigen. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk penderita angin duduk ini diantaranya antiplatelet atau koagulan, atau bisa juga obat yang memperlancar suplay pengaliran oksigen seperti nitrat, betabloker, dan kalsium antagonis, namun tetap penanganan dokter adalah yang utama selain diantisipasi dengan pola dan gaya hidup yang sehat.

Kematian memang tak bisa diprediksi, bahkan unsur-unsur kematian pun adalah misteri. Hari ini kita di atas tanah, mungkin esok tanah di atas kita.

***

Fatimah, yang sedari tadi berada di dekat Anjar serasa mendapatkan teman baru. Walaupun sebetulnya Fatimah dan Bu Nani pernah berkunjung ke rumah Bulek Marni di Jakarta setelah bulek menemukan Anjar. Obrolan pun berlangsung hangat antara ibu, bulek, dan pakle. Ibu memang merupakan anak pertama atau bisa di katakan paling tua di dalam keluarganya. Tiga bersaudara tersebut semuanya adalah perempuan. Bulek Marni adalah adik paling bungsu. Sedangkan adik pertamanya ibu atau adik paling tengah sedang ada di Arab Saudi bekerja sebagai TKI. Bulek Ranti yang sedang berjuang sebagai pahlawan devisa meninggalkan keluarganya di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Pakle Wanto, suami dari Bulek Ranti bekerja sebagai tukang bangunan dan serabutan hanya ditemani oleh kedua anaknya yaitu Adam dan Susan. Mungkin umur mereka sekarang seumuran Raihan dan Zidan.

Lihat selengkapnya