Sudah hampir dua tahun Raihan menjadi santri dan abdi di Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid. Semuanya terasa sangat berarti. Setiap peristiwa demi peristiwa telah ia lalui bersama teman-temannya. Mengaji bersama, menghafal bersama, makan bersama, tidur bersama, mandi bersama, mencuci pakaian bersama, ngobrol-curhat bersama, dihukum bersama, saling bantu mengerjakan tugas, saling bantu memijit, apabila ada yang sakit saling merawat dan perhatian, saling menghutang dan sebagainya. Susah-senang, suka-duka selama mondok sudah ia rasakan dengan penuh kenikmatan rasa syukur. Begitu banyak cerita dan kenangan yang tak terlupakan.
Sebulan yang lalu setelah Raihan reuni bersama sahabat-sahabat SMA-nya, sempat terbesit keinginan untuk melanjutkan pendidikan formalnya kembali. Cita-cita yang ditujunya yaitu dokter malah menyerang hasrat dan pikirannya kembali. Meskipun keinginan tersebut kian memudar seiring berjalannya waktu namun niat itu masih ada. Yang terpenting baginya adalah bisa melanjutkan kuliah ke bangku Perguran Tinggi Negeri yang biayanya relatif murah dibandingkan Perguruan Tinggi Swasta.
Uang tabungannya pun dirasa sementara cukup, namun ia berniat kuliah sambil bekerja agar uangnya benar-benar cukup. Oleh karena itu, di tahun ini Raihan ingin mencoba kembali mengikuti tes SNMPTN Jalur Tertulis. Niatan itu sudah didiskusikan bersama ibunya. Ibunya pun tidak mengekang, dan mengembalikan semua keputusan kepada Raihan. Ibunya hanya memberikan saran, “Jika itu sudah menjadi keputusanmu, cobalah bicarakan baik-baik dulu dengan Abah Kyayi dan pengurus pondok lainnya, terutama Pak Muzib. Insya Allah, jika niatmu lurus Abah Kyayi akan mengijinkan dan memberikan doanya,” begitulah saran ibu.
***
Setelah Raihan mengantongi doa dari ibu, Abah Kyayi dan teman-teman pondok. Akhirnya Raihan semakin mantap hatinya untuk mengikuti tes SNMPTN Jalur Tertulis lagi. Ia mengatur strategi agar peluang diterima di PTN semakin besar. Oleh karena itu Program Studi yang dipilihnya yaitu Pendidikan Kedokteran di Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto dan Pendidikan Biologi di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Ia sengaja memilih dan menempatkan Program Studi Pendidikan Biologi sebagai pilihan kedua. Segalanya telah dipersiapkan matang-matang. Ia tinggal menunggu tiga hari ke depan. Hari dimana tes SNMPTN akan dilaksanakan.
“Mas!? Mas kenapa kampusnya pengen di Unsoed?” tanya Fatimah sambil melihat Kartu Peserta SNMPTN milik Raihan.
“Soalnya di jawa itu lebih murah biaya hidupnya, Dek,” jawab Raihan sambil menutup bukunya.
“Owh, emang Unsoed itu di mana, Mas?”
“Di Purwokerto, Jawa Tengah.”
“Yaaah, Mas nanti jauh donk kuliahnya! Ntar kalo Imah kangen gimana?” keluh Fatimah. Wajahnya ditekuk.
“Adek kalo kangen liat foto Mas aja, dan peluk ibu. Mas juga ntar pulang kok,” jawab Raihan sambil tangannya mengusap-usap rambut adiknya. Berharap adiknya bisa tenang dan memahami.
“Udah malem Dek, bobo yuk! Malem ini Mas pengen ngelonin adek,” pinta Raihan kepada adik perempuannya itu.
***
Pagi, di hari Sabtu…
Seseorang berjaket orange mematikan motornya di depan sebuah rumah sederhana setengah bilik. Matanya melirik-lirik, kedua bola matanya digerakan dari arah kiri ke kanan tidak ada seorang pun yang dilihatnya. Lalu ia mendekat ke pintu rumah kemudian mengetuknya.
“Assalamu’alaikum, permisi!!”
“Wa’alaikumsalam, iya sebentar!”
Dibukalah pintu rumah itu oleh seorang wanita tua yang terlihat pucat wajahnya.
“Maaf ini dengan Bu Nani?”