Isyarat Sabda Cinta

Hanang Ujiantoro Putro
Chapter #26

Lentera Thaha

Sorotan lampu depan motor membelah jalanan di kegelapan malam. Suara bising knalpotnya memacu adrenalin sang pengendara yang semakin PD menambah kecepatan lajunya. Jarum spidometer menunjukan angka 120 Km/Jam. Tiga motor sedang beradu kecepatan untuk membuktikan siapa yang pantas menjadi ‘Raja Jalanan’ dengan bonus uang taruhan.Di jalan yang tidak terlalu ramai dan agak sedikit gelap, Zidan semakin nekat menambah kecepatannya.Tiba-tiba di balik belokan ia dikagetkan oleh seorang wanita yang akan menyebrang jalan. Spontan Zidan langsung mengatur stang motornya agar tidak menabrak wanita itu. Namun sayang, perhitungan Raihan kurang akurat.

Wanita yang ditabraknya itu langsung tergeletak tak berdaya. Darahnya turut mengotori pakaian muslim yang dikenakannya. Sempat Zidan menghentikan motornya sejenak dan melihat wajah wanita itu beberapa detik. Namun, setan sudah terlalu kuat membisikan suara gelap ke dalam hatinya. Dengan hati yang kacau dan ketakutan pikirannya, ia membiarkan dan meninggalkan wanita yang ditabraknya itu. Ia kabur, motornya digas sekencang mungkin.

***

Malam semakin larut. Udara berhembus sangat tenang, membawa hawa dingin. Cahaya bulan pun nampak begitu anggun mempesonakan siapa saja yang melihatnya. Sinarnya menerobos ranting-ranting pohon. Seakan sinarnya ingin memberi kabar pada makhluk-makhluk-Nya di bumi. Sementara itu, sepasang gagak tengah bercumbu di atap salah satu rumah warga. Suara khasnya mengganggu obrolan warga yang sedang jaga malam di pos ronda. “Keaakkk!! Keaakk!! Keaakk!!” Menunggu jam satu malam, baru mereka akan keliling kampung untuk patroli kedua.

 Dari luar terlihat lampu di dalam rumah sudah dimatikan. Menandakan bahwa penghuninya sudah tertidur pulas.

Tok!Tok!!Tok!! Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

“Imah!! Fatimah!! Buka pintunya!” Gemetar suara Zidan memanggil adiknya.

Zidan ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya. Ia tak sabar. Seperti maling clingak-clinguk ke kiri, ke kanan dan ke belakang. Berharap tidak ada orang lain yang mengikutinya.

“Iya Mas, sebentar!” Sambil membukakan pintu.

Baru sedikit pintu itu dibuka, kemudian Zidan cepat-cepat mendorongnya ke dalam. Fatimah pun terkaget, tubuhnya sedikit terdorong ke belakang oleh pintu yang didorong Zidan dari luar. Tanpa berkata apapun, Zidan langsung masuk ke kamarnya, mengunci pintu kamarnya dari dalam. Fatimah hanya bisa terdiam dan menerka-nerka. Fatimah bingung melihat tingkah kakaknya. Apalagi tadi wajah kakaknya juga terlihat pucat, seperti depresi.

Tiga kali Fatimah mengetuk pintu kamar Zidan dan menanyakan pertanyaan yang sama tetapi tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar.

“Mas! Mas kenapa?” tanya Fatimah di balik pintu kamar Zidan.

Fatimah merasa kuatir. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menyusuli Raihan yang kebetulan ada di Pos Ronda.

Dengan langkah cepat Raihan dan Fatimah pulang ke rumah. Raihan langsung mengetuk pintu dan mencoba berkomunikasi dengan Zidan di balik pintu kamarnya, tetapi tetap tidak ada jawaban apapun dari dalam. Akhirnya Raihan mendobrak pintu kamar Zidan.

“BRUUUAAKK!!!”

“Astagfirullah! Raihan kaget melihat Zidan yang duduk di pojok kamar.

Kedua lutut kaki dan tangannya menutupi wajahnya. Bajunya terlihat basah oleh keringat. Tubuhnya gemetar seperti menggigil. Ia Paranoid.

“Zidan! Kamu kenapa!?” tanya Raihan. Zidan tak menjawab.

Didekatilah tubuh Zidan yang masih terduduk di pojok kamar.“Zidan kamu sakit!? Kamu nggak OD kan!?” suara Raihan terdengar meninggi. Zidan masih bungkam, sikapnya semakin paranoid.

“Zidan jawab!! Hey!!? Sadar Zidan! Jawab!!” Raihan berusaha mengangkat wajah Zidan yang ditutupi oleh kedua lutut dan tangannya.

“Zi..Ziidan nabrak orang, Mas!” pengakuan Zidan terdengar lirih.

”Inalillahi, lalu kamu tanggung jawab?!

“Zidan bingung, Mas! Zidan kabur!”

Masya Allah!! Kamu laki-laki bukan!!? Hey!!? Sini liat Mas!! suara Raihan terdengar semakin meninggi. Urat lehernya terlihat jelas. Raihan marah. Tangannya memegang kerah jacket Zidan.

PlaKk!! “Sadar kamu Zi!!!” sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Zidan. Zidan hanya diam, keringat di wajahnya bercampur dengan air matanya. Tubuh lemasnya dipaksa berdiri oleh Raihan, PlaKk!! Raihan menambah lagi tamparannya, kini kedua tangannya memegang kuat kerah jacket Zidan, dikoyak-koyaklah tubuh adik lelakinya itu, berharap adiknya bisa sadar.

“Udah!! Udaah, Mas!!” Fatimah langsung memisahkan kedua kakaknya yang bertengkar itu. Air mata kesedihan Fatimah mengalir deras melihat kedua kakaknya bertengkar. Mereka bertiga tidak sadar bahwa ibunya yang tertidur pulas terbangun dan melihat juga pertengkaran anak-anaknya. Mendadak dada kiri sang ibu terasa sakit.

Brug!! ibunya terjatuh pingsan.

“IBUUUUUU!!!” teriak Raihan, Zidan, dan Fatimah.

***

Raihan, Zidan, dan Fatimah hanya bisa menunggu di depan ruang IGD. Tiga bersaudara tengah dirundung kecemasan yang luar biasa. Fatimah hanya bisa menangis di pelukan Raihan. Dirinya memasrahkan semuanya pada Allah. Di dalam ruangan, dokter masih berupaya menyelamatkan nyawa ibunya. Sementara mereka bertiga menunggu di depan ruang IGD.

Lihat selengkapnya