Papan agenda kegiatan, papan laporan, beberapa poster himbauan dan pelayanan masyarakat terpajang di dalam ruangan itu. Di antaranya yang terlihat adalah poster himbauan anti kekerasan, anti narkoba dan kriminalitas. Di pojoknya ada sebuah meja beralas kaca hitam. Nampak di atas meja itu ada banyak sekali tumpukan berkas-berkas yang menunjukan begitu banyaknya tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan. Sebuah asbak dipenuhi puntung-puntung rokok. Mungkin saking sibuknya sehingga orang yang bekerja di meja ini tidak sempat membuang isi asbak itu. Sebuah komputer tua yang sedang dipakainya mengeluarkan suara yang khas saat jemari-jemari menekan tombol-tombol huruf di keyboard. Sementara, di kedua sisi meja itu ada tiga orang yang duduk saling berhadapan.
“Jadi berapa kerugian yang Mbak alami?” tanya seorang polisi yang duduk di depannya.
“Seratus lima puluh tujuh juta, Pak!” jawab wanita berjilbab biru muda itu. Tangan kanannya sambil digenggam oleh tangan kiri sahabatnya yang berusaha menguatkan.
Kemudian polisi itu melanjutkan kembali mengetik di keyboard komputer.
“Baiklah, laporan Mbak akan kami proses. Apabila ada perkembangan atau progres, nanti akan kami hubungi lagi.”
“Terima kasih banyak, Pak! Saya harap orangnya bisa cepat ketangkap dan masalah ini bisa cepat selesai.”
Setelah Mutiah melaporkan kasus penipuan yang menimpanya, kini Mutiah dan Laras pergi meninggalkan kantor polisi itu. Saat keluar kantor polisi wajah Mutiah nampak sedikit lebih tenang dibandingkan awal-awal saat ia sadar bahwa rekan bisnisnya menggondol kabur uang investasinya.
Beberapa bulan yang lalu Mutiah bertemu dengan Gisel teman lamanya. Pertemuan itu bukanlah pertemuan biasa, melainkan adalah pertemuan bisnis yang akan dijalaninya bersama. Presentasi dan sikap Gisel begitu meyakinkan sehingga Mutiah percaya dan terkecoh begitu saja oleh topengnya. Mutiah pun bersedia bekerja sama dengan menanam investasi kepadanya. Memang awalnya bisnis impor fashion itu terlihat berjalan mulus tanpa ada masalah selama empat bulan pertama. Pembagian hasil pun didapatkan Mutiah meskipun baru lima persen. Dengan penawaran baru dibalut presentasi Gisel yang manis, akhirnya Mutiah bersedia menaikan modal lagi. Setelah beberapa hari kemudian tidak ada kabar apapun yang dari Gisel. Nomer handhonenya tidak aktif, alamat kantor yang pernah diberikannya ternyata sudah kosong tak berpenghuni, begitu pun gudang pusat. Tepat sampai hari ke enam ia sudah curiga kemudian melaporkan kejadian yang dialaminya ke polisi.
Mutiah memang memiliki jiwa entrepreneurship. Passion bisnisnya mungkin diturunkan dari orang tuanya yang juga seorang pebisnis. Meskipun begitu Mutiah tidak tergolong seorang yang manja, atau hanya berpangku tangan pada orang tuanya. Dengan mimpi, tekad, dan kemauannya yang keras, ia selalu berusaha membuat mesin bisnisnya sendiri. Kemandirian dan kedewasannya sudah terasah semenjak ia merantau untuk kuliah bisnis di Bandung.
***
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Dua wanita yang ada di dalamnya memiliki karakter berbeda namun mereka bisa bersahabat tanpa syarat. Ikatan terkuat dalam bersahabat adalah ikatan yang terbentuk dari hati yang menumbuhkan rasa saling merasakan, saling pengertian, saling menghargai, saling membantu, dan saling menyemangati.
“Woi! Non Mutiah! Dari tadi wajah kamu gak enak banget dilihatnya tahu! Kayak nasi yang nggak dimakan seminggu, basi, berjamur! Hehehe…” canda Laras kepada sahabatnya.
“Aku masih belum bisa ikhlas sama musibah ini, Ras,” timpalnya lemas.
“Ya, jadikan ini sebagai pelajaran. Kan dulu kamu sendiri pernah bilang, kalo jadi seorang pebisnis itu harus siap ambil resiko terburuk untuk mendapatkan hasil terbaik bukan?” berharap yang disampaikannya bisa menyemangati sahabatnya.
“Udah, kamu fokus nyetir aja!” kata Mutiah.
“Idih, ngambek ni ye..! hehe..aku gak mau kalo kamu nyetir mobil dalam keadaan yang kayak gini. Bisa nambah nguatirin tau! Hmm..biar kamu nggak BT aku nyalain radionya ok!” Laras mencoba menghibur sahabatnya yang dirundung mendung oleh masalah.
Sebiru hari ini…
Birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hari ini kita bersama di sini
Seindah hari ini…
Indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita meski kita kan terpisah
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan illahi
……………….
“Ya itu tadi lagu Sebiru Hari Ini dari Edcoustic yang nemenin malam ini. Ok, para akhi dan ukhti masih bersama saya Hijran dan Motivator kita Mas Raihan. Mas, Segmen sebelumnya kan tadi ada penanya ukhti nih, gimana cara ngilangin rasa takut dalam diri kita untuk menuju sukses? Nah, itu gimana, Mas?”
“Baik, jadi begini. Pertama; Baca ta’awudz dan basmallah. Kedua; Ubah mindseat, and go action! Rasa takut itu termasuk ujian ya kan? Kita nggak bisa ngilangin ujian. Siapa kita!? Ya nggak?Jadi yang seharusnya kita lakukan adalah mengelola dan mengontrol rasa takut itu jadi sebuah cambuk semangat! Gini, analogikan rasa takut itu seperti bayangan tubuh, yang berada di belakang jika ada cahaya di depan mata kita. Nah, cahaya itu adalah optimisme keberanian. Untuk apa bayangan ada di belakang? Ya, sebagai cambuk agar kita bisa cepat sampai pada masa depan atau impian kita. Penting buat kita untuk punya cahaya optimisme, tanpa itu ya gelap. Kalo udah gelap, jangankan bisa lihat bayangan sendiri, liat tubuhnya sendiri pun tidak akan bisa. Akhirnya yang dirasakannya takut. Orang seperti itu biasanya jauh dari nur rahmat Allah. Tanaman aja tumbuh ke arah datangnya cahaya, istilah biologinya ‘Fototropisme’. Kenapa kita tidak?”
“Ya, itu jawabannya ya..Semoga bisa terpuaskan. Ok, sekarang saya cek sms dulu nih buat yang tadi sudah ngantri. Ini dari Janu di Dago mau tanya ‘Mas kenapa ya, ada orang kok kerjaannya nipu?Apa dia nggak takut azab?Soalnya saya sakit hati banget Mas ditipu sama temen urusan bisnis..Syukron Mas sebelumnya.’
“Inna lillahi Wa inna ilaihi raji’un, semoga antum senantiasa dipeluk kesabaran dan selalu dilindungi Allah..aamiin. Insya Allah kejadian itu menandakan bahwa antum orang yang baik. Karena orang baik selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya. Antum tidak menyisakan sedikitpun prasangka bahwa orang yang antum percayai mampu mengkhianati antum. Yang perlu kita ingat kita itu sebenarnya tidak punya apa-apa, semuanya milik Allah. Jika prinsip itu kita pegang maka kita tidak akan sakit hati, malahan bersyukur karena Allah masih sayang sama kita. Bukankah Allah akan menguji hamba-hambanya yang beriman?Mungkin saja Allah tengah melatih kesabaran dan kemawasdirian kita, atau Allah tengah mengingatkan tentang pentingnya bersedekah, menyantuni anak yatim, atau hak-hak orang fakir miskin yang lupa kita segerakan. Jadilah setabah Abdurahman bin Auf yang ikhlas memberikan hartanya untuk kepentingan umat, bahkan rela meninggalkan semua hartanya di Mekah saat hijrah ke Madinah. Dan karena iman akhirnya dia bisa kaya lagi. Itulah iman, bisa merubah yang miskin jadi kaya, yang pengecut jadi pemberani, yang putus asa jadi berpengharapan. Dan bagi orang yang menipu, Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa ta’kuluu amwaalakum baynakum bialbaathili...wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil. Itu sudah larangan Allah tentu ada konsekuensinya. Wallahu a'lam bish-shawabi.”
“Kalo kata anak gaul jaman sekarang mah move on lagi ya, Mas?”
“Na’am, ya sejatinya kita pun sedang mendakwahi diri kita sendiri. Setiap mu’min punya ujiannya masing-masing.”
“Sepakat, Mas! Yaps, setelah yang lewat ini jangan kemana-mana, masih ada segmen terakhir. Tapi, sebelum itu Hijran ingetin lagi nih, insya Allah lusa atau hari ahad ini, Mas Raihan akan ngisi acara Talkshow dengan tema ‘Sukses Dunia dan Akhirat’ di Sabuga Bandung. Tiketnya bisa dibeli di radio ini atau on the spot di Sabuganya langsung.”
Diliriknya Mutiah yang sedari tadi fokus mendengarkan Radio.
“Bagus tuh, motivasinya, Mut!”
“Iya sangat memotivasi. Hari Minggu ini kamu ada acara nggak? Kita datang yuk ke acara talkshow?”
“Kayaknya nggak ada deh. Aku juga penasaran sih sama Motivatornya!
“Penasaran?”