Meskipun umurnya sudah kepala lima, namun tangannya masih lihai mengupas kulit bawang dengan pisau. Sambil mengupas bawang sang ibu bercengkrama dengan anak-anaknya. Raihan duduk di sampingnya sambil membaca sebuah undangan.
“Alhamdulillah, akhirnya Gian sudah ketemu juga sama jodohnya di pelaminan!” kata Raihan.
“Gian sahabatmu waktu SMA itu, Nak?” tanya Ibu.
“Iya, Bu. “
“Kalo Mas kapan mau nikahnya?” sambung Fatimah yang sedang menjahit dengan mesin jahitnya.
“iya, Nak! Kamu kapan nyusul?” tanya ibu.
“Wah, Mas diserang nih! Hehehe..Ya, doakan saja. Kalo sudah waktunya, Insya Allah! Wong calonnya juga belum ada, Bu!”
“Nah, nah, nah! Masa Mas ora sadar sih!? Kalo Mbak Zaskia itu suka sama Mas!” tandas Fatimah.
Ibunya tersenyum. Senyuman bijaksana yang mengisyaratkan segala pilihan ada di tangan anaknya. Raihan hanya terdiam tanpa membalas komentar dari dari Fatimah.
“Kamu lagi bikin apa, Dek?” matanya memperhatikan Fatimah.
“Fatimah lagi bikin stelan pakaian muslim buat ibu!”
“Buat ibu?”
“Iya Bu, hmm.. Fatimah pengen ngasih sesuatu yang langsung dibuat oleh tangan Fatimah sendiri! Pokoknya ibu terima beres deh!” ucapnya bangga.
“Wah, ibu jadi nggak sabar pengen cepet-cepet pakenya!” ujar ibu, merasa bangga.
“Mas bangga sama kamu, Dek!” sanjung Raihan. Senyumnya mengharapkan adiknya kelak bisa sukses meraih apa yang diimpikannya.
***