ISYARAT

LeeNaGie
Chapter #2

BAB 2: Mewujudkan Impian

Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired and success achieved.

-Helen Keller-

 

Dear Helen,

Terima kasih telah menginspirasi Anak-anak Berkebutuhan Khusus di dunia. Anda telah membuktikan keterbatasan tidak pernah menghambat seseorang meraih impian dan cita-cita. Aku akan menunjukkan kepada semua orang bahwa kami yang memiliki masalah pendengaran, juga bisa seperti Anda. Lulus dari Universitas ternama dan menjadi penulis terkenal yang akan dikenang suatu saat nanti.

Aarline Brown

Senyum mengambang di bibir mungil berwarna pink dengan lengkung sempurna milik Aarline. Selama tiga bulan ini, dia tidak menyerah belajar membaca gerakan bibir dan mengikuti terapi wicara di London Bridge Hospital—rumah sakit langganan keluarga Brown.

Raline dan Aaron ingin sang Putri mendapatkan terapi khusus dari tenaga ahli. Pada awalnya spesialis sangat menyayangkan Aarline baru mendapatkan terapi ini di usia lima belas tahun. Seharusnya gadis itu bisa memulainya sejak usia dini, sehingga bisa mempermudah dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa Isyarat.

Meski terlambat, namun Aarline tidak menyerah begitu saja. Kegigihan untuk mewujudkan impian membuat gadis itu belajar lebih giat lagi. Dia ingin membuktikan kepada semua orang, usia tidak akan memengaruhi seseorang untuk menimba ilmu.

“Coba ulangi ini, Aarline,” pinta Raline menunjukkan gambar payung dengan tulisan cara ujaran di bagian bawah.

Selama tiga bulan ini, wanita paruh baya itu sengaja mengosongkan jadwal produksi film agar bisa fokus membantu Aarline belajar.

“ʌm … bɹɛ … lə (umbrella),” ejanya terbata berusaha mengeluarkan suara.

Good,” puji Raline.

“Gimana kalau yang ini?” Raline menunjuk gambar buku.

“B-bUk (book).”

Raline tersenyum lega melihat perkembangan pesat Aarline dalam mengujarkan beberapa kata. Hingga saat ini dia masih merasa bersalah atas apa yang terjadi kepada putrinya. Wanita paruh baya itu berpikir karena dirinya Aarline terkena virus TORCH sejak dalam kandungan, apalagi jarak kelahiran dengan si Kembar—Aarash dan Aariz—sangat dekat. Gadis itu lahir selang satu tahun setelah kedua kakak kembarnya lahir.

Raline menggenggam kedua tangan putri cantiknya. Dia memandangi netra biru jernih itu bergantian sebelum menarik tubuh mungil Aarline ke dalam pelukan.

“Maafkan Mommy, Sayang. Gara-gara kelalaian Mommy, kamu jadi kayak gini,” bisiknya tepat di telinga Aarline meski tidak bisa didengar olehnya.

Kening Aarline berkerut ketika pelukan melonggar. Dia menatap bingung Raline yang sedang menyeka genangan air mata.

Tangan Aarline mengusap pipi kanan dan naik ke pinggir kepala, kemudian diarahkan ke samping dengan kelingking dan ibu jari dikembangkan sementara jari lainnya ditekuk.

Mommy kenapa?

Raline menggelengkan kepala. “I am okay, Darling.

Aarline berdecak sambil menyipitkan mata. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Raline. Kedua alis terangkat ke atas dengan tatapan menuntut.

“Besok, kita pergi ke sekolah untuk berbincang dengan kepala sekolah,” kata Raline pelan dengan membuka lebar mulut agar Aarline bisa mengerti. Dia masih menyelinginya dengan gerakan bahasa isyarat.

Gadis itu menganggukkan kepala sembari mengukir senyuman di paras cantiknya.

“Sekarang kamu belajar lagi. Mommy akan panggil Aarsha untuk membantumu,” tutur Raline sambil mengusap pipi putrinya.

Aarline menempelkan ujung jari di dagu, kemudian digerakkan ke depan.

Thanks, Mom.

“A-la-yu,” ucapnya mencoba mengatakan kalimat I love you.

“I love you too, Darling,” balas Raline sebelum beranjak ke luar kamar.

Selain Raline, kedua kakak dan adik kembarnya sering membantu gadis itu belajar. Aaron juga membimbing sesekali ketika sedang senggang. Aktivitas mengurus perusahaan konstruksi dan properti yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya membuat pria itu disibukkan dengan pekerjaan.

Oh ya, Aarline adalah anak ketiga dari lima orang bersaudara. Kedua kakak dan adiknya kembar. Aarash dan Aariz kembar identik, sementara Aarka dan Aarsha tidak identik karena berbeda jenis kelamin. Gadis itu sangat beruntung lahir dari keluarga yang penuh dengan kasih-sayang sehingga tidak merasa diperlakukan berbeda, meski sang Ibu jauh lebih menyayangi dirinya dibandingkan yang lain.

***

Hari berikutnya

Lihat selengkapnya