ISYARAT

LeeNaGie
Chapter #8

BAB 8: Pertama Kali Naik Motor

Aarline tersenyum melihat ibunya sedang berdiri di depan cermin. Wanita paruh baya itu sedang menyapu sedikit make up di wajah setelah mengenakan setelan blus berwarna hitam dan celana kulot berwarna cokelat terang. Rambut hitam tebal itu dibiarkan tergerai hingga ke punggung.

Hari ini Raline akan bertemu dengan teman-teman satu geng yang sudah lama tidak berjumpa. Sejak pindah ke London, hidupnya seakan terisolasi karena jauh dari empat orang wanita yang telah menjadi sahabat sejak masih duduk di bangku perguruan tinggi.

“Kamu beneran nggak mau ikut?” tanya Raline sambil menunjuk kepada Aarline lalu menggerakkan tangan ke samping tubuh.

Aarline menggelengkan kepala. “Mommy go. A-u … i … u-mah … a-ja (Mommy pergilah. Aku di rumah saja),” jawabnya sambil melakukan gerakan bahasa isyarat.

Bibir Raline mengerucut beberapa detik, sebelum kembali tersenyum. Dia membelai lembut pinggir kepala Aarline sebelum berujar, “Ya udah, kamu pergi ke mana gitu sama Cleve. Ajak jalan-jalan ke Taman Mini, Kota Tua atau Ancol gih.”

Aarline menggoyangkan kedua tangan sambil menggeleng. Dia enggan pergi dengan Cleve yang menurutnya membosankan. Apalagi melihat tampang datar yang kerap ditunjukkan Cleve kepadanya.

“Kenapa?” Kening Raline berkerut bingung.

“Ti-ak a-u. A-ne-bo … e-ing (Tidak mau. Kanebo kering),” kata Aarline menirukan ekspresi wajah Cleve, lalu tertawa keras.

“Kamu nggak boleh gitu, Darling. Nanti Cleve yang jadi teman kamu selama di sini. Dia juga yang akan bantu kamu.” Raline memandang netra biru putrinya bergantian. “Jalan-jalan gih sama Cleve. Kali aja setelah dekat, dia mau tersenyum.”

Aarline memberengut dengan bibir melengkung ke bawah. Sorot matanya sudah jelas menunjukkan keberatan.

Mommy ke luar dulu mau bilang sama Cleve, biar kalian bisa jalan-jalan. Mumpung libur juga hari ini.” Raline berdiri, namun Aarline menarik tangannya dengan sigap.

Kedua alis tebal dan rapi milik Raline naik ke atas. “Kalau kamu nggak mau dekat sama Cleve, gimana Mommy tenang tinggalin kamu di sini sendirian?”

Aarline manyun dengan wajah masih berkerut melihat Raline menyelesaikan gerakan tangannya.

“Kalian harus dekat, Sayang. Masa sepupuan jaga jarak kayak gini sih?” bujuk Raline masih memandang wajah putrinya.

Kalau wajahnya masih kaku, bagaimana? bisik Aarline dalam hati sambil mengerucutkan kedua jari tangan lalu digerakkan ke atas bawah dengan cepat.

“Percaya deh sama Mommy, kalau udah dekat Cleve nggak akan gitu kok.” Raline menatap serius putrinya sampai mendapat tanggapan.

Perlahan kepala Aarline bergerak ke atas dan bawah dengan lesu. Akhirnya dia setuju untuk jalan-jalan dengan sepupu satu-satunya.

Lihat selengkapnya