It's Started in Osaka

Vivie Hardika
Chapter #1

Seoul

Seoul

Klik!

Pintu terbuka sesaat setelah pria bermantel tortilla itu menekan kombinasi terakhir kunci pintar rumahnya.

“Melelahkan tentunya, tapi tidak apa-apa, aku sudah terbiasa.” Setelah melepas kedua sepatunya begitu saja, pria itu beralih ke sofa dan menyandarkan seluruh tubuhnya di sana.

Jika saja aku di sana, aku bisa meregangkan semua ototmu yang kaku,” katanya membuat wajah gemas.

“Oh, sounds naughty!” senyum pria itu tertarik sebelah, memikirkan hal-hal yang biasa terpikir oleh pria-pria dewasa.

Memangnya apa yang sedang kaupikirkan?” tawa gadis itu merebak dan menularkannya pada pria itu.

Itu adalah percakapan kali kesekian yang hanya dapat terjadi via gawai.

“Apa saja, termasuk merindukanmu, Yoo Ra-ya…

Dari ponselnya, Yoo Ra tampak tersipu. “Na-do, na-do! Apa kita bisa bertemu secepatnya?”

Hubungan jarak jauh memang memilukan.

Jinan menarik kedua ujung bibirnya, “Apa aku harus ke sana sekarang?”

Yoo Ra mengibaskan tangan kanannya, “Hei, jangan membuat janji palsu!”

“Jika kau yang meminta, aku bisa ke Osaka sekarang juga.”

“Haruskah?” Yoo Ra tampak berpikir.

Hae-bwa!—Coba saja!”

Yoo Ra menggeleng cepat, dia mengatakan kepada Jinan bahwa dia tidak ingin merepotkan dan menjadi kekasih yang banyak menuntut.

Jinan hanya tersenyum kecil. Dia tahu Yoo Ra sangat pengertian, namun di dalam hatinya yang paling dalam, dia ingin Yoo Ra meminta, bila perlu memaksa. Sehingga dia yakin bahwa Yoo Ra masih sangat menginginkannya.

Apakah kekasih ini sedang meragu?

Jarak telah memberi secerca keraguan di dalam hatinya.

Ah ya, malam ini aku ada janji dengan temanku. Kau tidak keberatan jika kutinggal sekarang?”

Dari ponselnya, Jinan bisa melihat Yoo Ra buru-buru beranjak dari tempat duduknya, mengambil mantel gading dan mengenakannya.

“Sepertinya aku tidak pernah keberatan menjadi yang nomor dua diantara temanmu,” katanya dengan tawa kecil.

Aa Chagi, please…” Yoo Ra sepertinya tersinggung.

“Bercanda, Chagi.. Go ahead! Jangan lupa kenakan syal-mu.”

Yoo Ra memukul keningnya, “Ah benar!” dia kemudian buru-buru mencari syal pemberian Jinan namun tidak menemukannya. “Aku tidak menemukan syal pemberianmu, bagaimana ini? Aku pakai yang lain saja dulu, nanti kucari lagi. Aku sedang buru-buru.”

Jinan menggelengkan kepalanya berulang kali, “Dasar ceroboh!”

Mian… Aku pergi dulu. Bye!” katanya sembari menutup telepon-nya.

“Eh!” Jinan mendengkus. Teleponnya sudah tertutup sebelum dia mengatakan selamat malam.

Jinan meletakkan ponselnya di atas meja, dan segera merapikan berkas-berkasnya. Diantara banyak berkas yang dia periksa malam ini, dia menarik selembar kertas berisi tagihan tiket perjalanan ke Osaka minggu depan.

Senyumnya kembali tersungging. Ini akan menjadi sebuah kejutan besar. Jinan tidak memberitahu Yoo Ra bahwa alasan dibalik pekerjaannya yang menjadi berat minggu ini karena dia telah mengajukan cuti dua minggu penuh. Jinan ingin menghabiskan liburan akhir tahunnya di Osaka, dia bahkan sudah mempersiapkan sebuah hadiah.

Hadiah itu ada di dalam kotak beludru kecil, berwarna biru laut, warna kesukaan YooRa.

**

 

 

OSAKA - New Year Eve

Jinan mengaktifkan kembali ponselnya setelah 3 jam mengudara. Sembari menunggu kopernya dihantar ban berjalan, dia melihat banyak pesan yang masuk secara beruntun, namun tak ada satupun pesan dari Yoo Ra. Dia mencoba menelepon ponsel kekasihnya itu, namun tidak ada jawaban. Jinan memasukkan ponselnya ke saku, lantas mengambil koper hitam-nya. Dia berjalan menuju gate kedatangan sembari mengecek ponselnya, membalas pesan satu persatu, lalu menghubungi kembali Yoo Ra.

Moshi-moshi…!” panggilan dijawab, namun itu bukan suara YooRa. “Jinanie?

Jinan membelalak kaget. Langkahnya spontan terhenti, lantas merundukkan kepalanya sembari membalas, “Ah, annyeong haseyo, ahjussi…!” meski tidak mengerti mengapa ponsel Yoo Ra dijawab oleh ayahnya Yoo Ra.

Lihat selengkapnya