“K—Kayra.”
Jinan menarik kedua ujung bibirnya, “Aku akan bertanggung jawab hingga kau keluar dari klinik.”
Jinan tidak tahu apakah keputusannya menunggu gadis itu sudah benar atau malah akan menambah masalah baru? Sepertinya, mulutnya bertindak lebih cepat daripada isi kepalanya.
“Aku sudah tidak apa-apa. Kau bisa pergi. Terima kasih.”
Jinan terkejut mendengarnya. Gadis itu sangat dingin. Dia tidak menunjukkan ekspresi berterima kasih sedikitpun. Apa dia kesal? Mengapa kesal? Bukan dia yang meminta gadis itu mengembalikan barang yang sudah dia buang.
“Aku akan pergi jika kau menghabiskan makanan ini,” katanya bersikeras. Jinan hanya tidak ingin dihantui rasa bersalah karena menyaksikan gadis itu pingsan di depannya.
Tak lama suara gemuruh datang dari perut Kayra. Jinan bisa mendengarnya dengan jelas. Namun gadis itu hanya menunduk, menghindari tatapan meledek darinya.
“Nah! Kau lapar, kan? Makan ini!” Jinan menyodorkan kotak plastik berisi nasi dan irisan daging di atasnya. “Kau harus tau kalau Nasi Tonkatsu ini yang terenak di Jepang. Aku sudah mencobanya.”
“Ton—tonkatsu?”
Jinan mengangguk cepat. Dia kemudian sadar untuk segera membuka penutup kotak itu, lantas menyodorkan kepada Kayra agar dia tergugah dengan aromanya.
“Ini masih hangat.”
Kayra menelan ludah. Dia tampak resah.
“Maaf sekali. Aku—” Kayra menutup mulutnya.
“Ya?” Jinan bahkan sudah siap jika harus menyuapi gadis itu.
“Aku—tidak suka Tonkatsu. Maaf!” katanya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.
“Hah? Serius?” Jinan ingin mencela, bagaimana bisa ada orang yang tidak suka makan Tonkatsu? Sepertinya Alien pun akan suka dengan Tonkatsu.
“Yang itu saja.” Dia memilih buah potong berisi nanas, kiwi, dan pir.
“Kau yakin ini cukup?”
Kayra mendorong Tonkatsu kepada Jinan. “Untukmu saja.”
Jinan bisa mengatakan bahwa dia tidak lapar, tetapi gemuruh yang datang dari perutnya sangat kentara. Akhirnya dia membiarkan Kayra memakan buah potong sementara dia memakan Nasi Tonkatsu itu dengan lahap.
Tanpa sadar, Jinan yang sekarang makan dengan lahap bukan lagi Jinan yang tadi pagi.
**
Langit Osaka mulai berwarna keemasan ketika Kayra diperbolehkan pulang. Setelah infusnya dicabut, dengan langkah tertatih dia melepaskan diri dari perangkap ranjang klinik. Jinan tidak tampak di sekitar, namun Kayra malah lega. Kayra berpikir lebih baik jika mereka tidak bertemu lagi.
Namun pada akhirnya, Kayra hanya bisa menghela napas pelan.
“Kubantu!” Jinan mendatanginya dengan kursi roda. “Perjalanan ke Guest House memang tidak jauh, tetapi akan lebih nyaman jika pakai ini.”
“Aku masih bisa berjalan.”
Jinan menepuk udara, “Hei… Lebih baik menghemat tenaga. Ini akan berguna untuk mempercepat pemulihan.”
Kayra tidak merespon. Dia masih berdiri di tempatnya, memandangi Jinan yang mendorong kursi roda mendekatinya.
“Ayo duduk. Aku akan mendorongmu sampai Guest House.” Jinan terdengar antusias melakukannya.
Kayra tidak tahu harus bagaimana merespon kebaikan orang asing ini. Dia tidak terbiasa menerima pertolongan. Namun pada akhirnya dia tidak bisa menolak karena Jinan tidak memberi kesempatan. Kayra duduk di kursi roda penuh rasa sungkan. Dia hanya bisa berharap perjalanannya tidak begitu panjang.
Setelah Kayra tampak nyaman di kursi roda, Jinan berkata, “Aku akan mendorongnya sekarang.”