Embun berusaha untuk kembali menaklukkan rasa takutnya bersama pelatih dan juga Dokter Ani di kolam renang khusus.
Dokter Ani juga sudah mengabarkan jika kakinya hampir sembuh, namun ia tidak yakin kapan itu. Pelatihnya juga sangat sabar membantu Embun berlatih.
Kondisi tak menjadi penghalang. Perkataan pelatih Embun, sukses membuatnya kembali bangkit.
Embun sempat beranggapan jika dirinya bisa mengapung di air, nyatanya ia tersedak.
Embun tak patah semangat, ia terus mencoba dan mencoba hingga ia bisa melakukan renang tanpa bantuan siapapun.
Embun tersenyum senang. Air matanya menetes begitu saja.
Kebahagiaannya Nampak jelas dari raut wajah Embun.
“Bravo, Embun.”
Embun mengangguk. Ia kembali menyelam dengan bantuan dada dan kedua tangannya. Kakinya sengaja ia luruskan, walaupun tak bisa di gerakkan. Hati kecilnya terus berdoa, agar Tuhan menyembuhkan kakinya.
Uhuk, Uhuk.
Pelatih pun menolong Embun, kemudian ia membawa Embun ke tepi kolam.
“Are you okey?” tanya sang Pelatih; Fia.
“Yes, Coach.” Embun mengambil minum yang dibawakan Dokter Ani. “Terima kasih, Dokter.”
Dokter Ani mengangguk. “Bagus Embun. Saya melihat perubahan besar dalam diri kamu. Kamu bisa membuktikan, jika kamu mampu berjuang.”
Embun tersenyum.
“Tingkatkan terus. Saya yakin kamu akan berhasil setelah ini.”
Lagi, Embun mengangguk dan tersenyum.
“Embun,” panggil Fia. “Saya sudah mendapatkan informasi lomba tahun depan. Saya akan mendaftarkan kamu dan saya harap kamu berminat.”
Embun melihaat Fia, kemudian menggeleng. “Saya tidak akan bisa, Coach.”
“Embun, saya yakin kamu bisa.”
“Kalau saya gagal bagaimana?” tanya Embun.