Sorak-sorak pendukung para atlet renang membuat Embun yang masih berusaha di atas kursi roda hanya tersenyum.
Alfa, Viona, Elina, Dokter Ani, dan Fia terus menyemangati Embun.
Embun juga tidak menyangka akan mengadu kemampuan dengan Sasa, teman satu timnya dulu.
Bahkan Richard terdiam melihat Embun yang berani memulai mengikuti lomba nasional ini. Dengan semangat dan tekadnya, Embun akan membuktikan jika ia bisa.
Elvan, Okta, dan teman yang lain juga melihat Embun tidak percaya.
Beberapa pendukung Embun berteriak, bahkan ada juga yang meneriaki nama Aluna kembali.
Embun kembali mengenang masa-masa dulu saat ia memulai karir pertamanya.
Pritttt!
Saat peluit pertama di tiup, Embun mencoba untuk berdiri dan berjalan ke arah tempat yang sudah disediakan. Penonton, bahkan keluarganya juga terkejut melihat Embun yang berjalan perlahan tanpa bantuan apapun.
Embun ingin menangis, namun ia mencoba untuk tenang. Ia bahagia melihat kakinya sudah mampu kembali di gerakkan.
Dorrr!
Setelah pistol sudah dibunyikan, semua atlet memulai perlombaan. Embun terus menunjukkan kemampuannya dan membuktikan kepada dunia jika ia bisa. Embun akan menutup semua mulut orang-orang yang pernah menghinanya, bahkan menyepelekan kemampuannya. Embun bisa karena berusaha.
Perkataan Alfa semalam juga terngiang-ngiang di telinga Embun. Ia tersenyum lagi, dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.
‘Jika lo terjatuh, bangkit lagi. Jangan dengarkan orang lain, karena gue akan selalu mendukung lo hingga akhir pertandingan.’
Sampainya ia di garis finish, ia tersenyum senang. Ia bisa memberikan yang terbaik. Suara teriakan kembali terdengar, bahkan Embun melihat Viona meneteskan air matanya.
Embun memejamkan matanya. Ia sudah mengalahkan rasa takutnya yang selama ini terus menghantuinya, Embun merasa senang.
Embun tersenyum, dan Fia langsung memeluk Embun erat.
Juri-juri dan pelatih atlet lain juga mengucap selamat kepada Embun karena ia mulai kembali ke dalam mimpinya lagi.
Setelah mendapatkan jubbah handuk, Embun kembali menangis.
Alfa tersenyum lebar di sana, di samping Viona.
Embun melihat para pendukungnya menangis, dan banyak yang mengambil gambarnya kembali.
Embun Aluna, idolanya, kini kembali.
Setelah mendapat piala, Embun langsung berlari ke arah Viona dan memeluknya erat.
Embun menangis, dan terisak.
“Congratulations, Aluna. Kamu membuktikan kepada Tante, kalau kamu bisa menjadi seperti dulu lagi,” kata Viona.
“Terima kasih, Tante.” Embun menghapus air matanya. “Tapi nama Aluna itu hanya masalaluku. Sekarang, nama baruku Embun. Nama itu yang membawaku kembali seperti dulu lagi.”
Viona mengangguk. “Apapun itu, namamu tetap Embun Aluna.”
Embun mengangguk. Ia kembali memeluk Viona.
“Selamat ya Embun. Kamu memang hebat,” ucap Dokter Ani.
“Terima kasih, Dokter. Karena Dokter juga, aku kembali bisa berjalan lagi.”
“Karena kerja kerasmu, Embun.”
Embun melihat Elina yang menghapus air matanya. “Elina,” panggil Embun tersenyum.
Elina langsung memeluk Embun. “Selamat ya, Embun. Kamu memang terbaik. Tetap rendah hati dan jadi sahabatku selamanya. Aku bangga jadi temanmu.”
Embun meneteskan air matanya lagi, kemudian mengangguk. “Terima kasih, Elina. Dari awal pertemuan kita, aku juga sangat beruntung mengenalmu. Terima kasih sudah mau berteman denganku.”
“Sama-sama, Embun.” Elina tersenyum senang. “Aku pun bahagia bisa berteman denganmu. Karena kamu itu terbaik di antara yang terbaik.”