Berawal dari pertemuan kami sore itu. Kupikir semua berakhir, namun ternyata ini barulah awal. Awal dari sebuah drama.
"Kenapa?"
Widya menggeleng pelan. "Harusnya kamu senang dong, ada seseorang yang setidaknya mau merendahkan dirinya untuk mengakui kamu sebagai calon istri."
Ha?
Ini orang nyata kan? Masih napak di bumi? Ada ya yang narsis seperti ini?
Kalian harus tahu, wajah Widya itu saat bicara tadi benar-benar datar, seperti sedang membicarakan cuaca hari ini yang tidak begitu menarik, benar-benar nyeselin.
"Kamu sehat?"
"Menurut kamu sehat nggak?"
"Enggak."
Lo sakit! geramku dalam hati.
Beberapa detik kemudian Widya tertawa pelan membuat kenyitan di keningku muncul.
Gila ya nih orang? Nggak ada yang lucu padahal.
Kali ini tawanya berganti senyuman tipis dibibirnya. "Jangan kegeeran ya, saya cuma pinjam nama kamu."