It's Okay, I'm Thirty 30

Ndiejpank
Chapter #2

1~] 1%

.

.

.

08.50 WIB

Tet!

Please try again.

Sial!

Sudah lewat dari dua puluh menit dari jam kerja. Aku sudah berdiri di dekat pintu kaca menghadap mesin absen fingerprint. Dan sepertinya mesin absen ini tidak bersahabat. Aku tempelkan lagi jariku.

Please try again.

Lagi?

Aku sudah melakukannya lebih dari lima kali padahal, kenapa masih gagal. Aku coba tempelkan kembali jariku.

Please try again.

Aku mengela nafas jengkel sambil menempelkan kembali jariku pada mesin menahan kesal untuk tidak mengumpat kata kasar dan membaca basmallah.

08.55 WIB

Klik.

Thank you.

Ah, akhirnya. Sesuatu yang baik itu memang harus di awali dengan bismillah. Bukan marah-marah, ingat itu Didi.

Saat aku melewati pintu kaca dan masuk ke dalam, ada mbak Mona yang sedang berjalan menuju ruangannya dari pantry. "Pagi mba Mona," sapaku padanya dengan tersenyum. Secara ... dia atasanku, manager Export dan Import di kantor ini.

"Pagi," ucapnya. "Jam berapa ini Di?" lanjutnya menyindir. Aku hanya nyengir mendengarnya dan berjalan menuju meja kerjaku.

Aku sedang menyalakan komputer saat Dina datang dan menepuk bahuku. "Kita makan siang dimana Di, nanti?"

"Ya elah, Din. Masih pagi udah nanya makan siang di mana. Gue aja belum sarapan."

"Lagian kebiasaan lo dateng jam segini."

Bodo! Percuma juga rajin-rajin kalau tidak mempengaruhi bonus tahunan dan tidak dihitung lembur.

Aku membuka aplikasi email kantor dan sudah menemukan banyak email yang masuk dalam beberapa menit. "Lo nggak balik ke tempat lo, Din? masih mau disini? Gue mau kerja."

"Lo ngusir gue?"

"Ya ngingetin sebelum mba Mona lewat trus lo di plototin." Dina mendengus sebelum beranjak menuju mejanya. Padahal mejanya berada di seberangku.

Aku bekerja di perusahaan yang bergerak di industri garment. Hasil garment yang perusahaan ini buat semua di ekspor ke berbagai negara. Dan aku di sini sebagai salah satu staf ekspornya. Ada belasan orang dari divisi ini, semua pekerjaan di bagi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Tugasku sebenarnya tidak terlalu rumit, biasanya aku hanya menerima email dari dokumen yang di kirim staf shipping di factory kami dalam format draft, lalu membuat PO kemudian dilanjutkan kembali dokumen itu ke forwarder dan buyer, begitulah alurnya. Simple keliatannya tapi ruwet kerjanya.

Aku sedang memilah-milah email yang masuk saat bunyi telpon dari kananku berbunyi.

"Didi," ucapku setelah mengangkatnya.

"Mba Didi, ini Radit."

"Iya mas Radit. Ada apa?" rupanya staf dari factory yang menelponku. Kebetulan aku sedang membuka email darinya.

"Saya sudah kirim emailnya ya, mba. Tolong konfirmasi penerimaannya." Aku melihat jam 11.00 pm waktu pengiriman email ini. Wah, orang ini pasti lembur panjang.

"Ini saya baru buka, Mas. Sebentar lagi saya kirim ya." Dan pembicaraanpun selesai, aku agak malas berbasa-basi kalau mood-ku sedang tidak baik.

Mengetik sambil melihat dokumen, tak terasa sudah waktu jam makan siang.

Telpon di kananku berbunyi kembali. "Mau makan dimana lo?" Oke, ini suaranya Dina.

"Gue bawa bekal dari rumah."

"Ck, gue makan sendiri gitu."

"Ya ... lo bisa beli diluar trus makan bareng gue di sini atau di pantry."

"Anterin napa," ucapnya merajuk. Please deh, padahal dia duduk di seberangku tapi Dina malah berbicara lewat telpon begini.

"Males ah, mending gue sholat dzuhur dulu sambil nunggu lo balik ke sini. Sana buruan turun." Dina mendengus kesal sambil menutup telponnya.

***

Jam makan siang itu biasanya aku iseng membuka facebook hanya untuk melihat grup-grup pecinta anime atau drama jepang untuk melihat rekomendasi drama baru, atau aku berkunjung ke situs dan web yang biasa update mengenai ini.

Lihat selengkapnya