It's okay, Sunny

Sunza
Chapter #3

Bab 2

Di depan depan deretan toko, di samping kendaraan melintas, aku berjalan membawa map. Pakaianku rapi, kemeja panjang dan celana bahan, sebab aku sedang melamar pekerjaan. Namun, sedari pukul tujuh dan sekarang pukul Sembilan pagi, belum ada satu pun orang yang menerima lamaranku.

Tak menyerah, aku memasuki toko bunga. Toko ysng terlihat ramai. Desainnya sangat menarik. Bunga-bunga menghiasi seluruh ruangan.

“Apa saya bisa bertemu pemilik tempat ini? Saya ingin melamar pekerjaan.” Aku bertanya pada pegawai toko yang baru saja membuka pintu untukku.

“Setahu saya, bos kami tidak sedang mencari pegawai baru. Namun, Anda bisa menjumpainya dibalik pintu itu.” Gadis ini menunjuk satu pintu di pojok ruangan.

Selepas mengucapkan terima kasih, aku berjalan menghampiri pintu itu, mengetuknya beberapa kali, sampai suara perintah masuk terdengar dari dalam.

Seorang wanita cantik di usianya yang tak lagi muda, sebab kulitnya Nampak sudah mengendur. Beliau sangat ramah, menanyaiku ini itu sembari melihat cv yang kubawa.

Tertolak, itu ialah tolakan kesekian kali. Aku sudah tahu akan seperti ini, lulusan SMP disandang oleh pemalas sepertiku, memangnya siapa yang mau mempekerjakan aku?

Langkahku terhenti, di hadapan dua orang pria berwajah garang. Aku menatap mereka takut. Aku tahu siapa mereka dan untuk apa mereka menghadang jalanku.

Salah satu dari mereka menarik pergelangan tanganku. Genggamannya sangat erat, membuat aku merintih kesakitan. Sampai di jalan buntu, di sela-sela toko. Laki-laki itu melepas pergelanganku dengan kasar.

“Tidak perlu tanya kenapa, kamu pasti sudah tahu tujuan kami,” ujar pria berambut gondrong terikat.

“Saya tidak tahu, maaf.” Aku terbata-bata mengucapkan kalimat itu. Aku berbalik hendak melangkah pergi, namun mereka Kembali menghadang.

“Enak sekali kamu hah. Hutang harus dibayar, sekarang! Dua puluh lima juta,” teriak pria gondrong.

“Saya tidak mempunyai uang sepeser pun.” Aku menatap mereka, bibir bawah kugigit, air mata menggenang di pelupuk mata.

“Saya tidak peduli. Bayar sekarang!” pria gondrong mendorong dada kananku. Tangan besarnya membuat tubuh kecilku terjatuh.

“Tolong, beri saya waktu lagi. Satu bulan, saya akan membayar semuanya.” Aku menyatukan kedua telapan tanganku, mengangkatnya tinggi.

“Baiklah. Satu bulan.”

Lihat selengkapnya