It's okay, Sunny

Sunza
Chapter #5

Bab 4

“Permisi paket.” Ella dengan tubuh terbalut jaket berwarna merah mengangkat sebuah kotak, menunjukkannya pada satu orang bertubuh besar yang berdiri di depan pintu utama rumah tinggi itu.

Ella memperhatikan pria itu saat sedang membuka gembok pagar. Ia menatap Ares yang berjalan cepat memasuki rumah lewat pintu utama. Ares melihat sekitar. Tidak ada penjaga sama sekali, ia bersembunyi di balik pilar besar. Kepalanya mendongak, menatap seseorang dengan celemek menutupi bajunya sedang berjalan di koridor lantai dua.

Seseorang itu menghampiri dua orang penjaga, “Saya kemari dipanggil bu Mariana untuk mengajarinya membuat roti.”

“Bu Mariana sudah menunggu di dapur lantai dua, Anda hanya perlu memasuki pintu berbahan kaca.” Salah seorang dari mereka berucap dengan tampang datar.

“Benarkah? Saya tadi sudah masuk ke dapur yang ada di bawah. Dapur di sana tidak tertutup jadi saya memasukinya. Saya menaruh roti di sana. Kalian bisa memakannya jika mau.” 

“Terima kasih.”

Seseorang itu membungkuk dan berpamitan sebelum melangkah menuju tempat yang letaknya baru saja diberitahu kedua pria tadi.

Ares melihat dua orang pria itu berjalan menuruni tangga sembari berbincang. Setelah kedua pria itu membelakanginya, Ares berlari kencang menuju lantai dua.

Tanpa menunggu lama, Ares sudah berada di dalam ruangan. Ruangan mewah dengan desain minimalis. Ia berdiri di depan kotak besi. Ares memasang alat di atas tombol untuk memasukkan pin. Ia menatap gawainya, layarnya menyala, menampilkan titik-titik sedang berputar. Tak lama, titik-titik itu berubah menjadi sederet angka. Ares melepas alatnya, sebelum menekan tombol. 

Tit!

Pintu brankas berhasil dibuka. Di sana ada bertumpuk-tumpuk uang dan beberapa emas batangan. Itu semua bukanlah tujuannya. Ares mengambil map dari sana, mambukannya agar bisa membaca judul di atas kertas di dalam map itu.

“Tidak ada yang masuk kan?” 

“Tidak ada. Katanya ibu sedang belajar membuat kue, cepat sekali?”

“Iya, saya mau mengambil sesuatu di dalam.”

Ares membelakkan mata. Itu suara Mariana dan penjaganya. Untuk keluar, jelas ia tidak bisa. Apalagi, di ruangan ini tidak ada jendela besar, hanya ada ventilasi kecil di tembok bagian teratas.

Ceklek!

Mariana menatap seluruh sudut ruangan kerjanya, tidak ada yang janggal. Wanita anggun itu mengambil gawainya di atas meja, sebelum kembali keluar.

“Loh, penjaga tadi di mana?” tanyannya pada diri sendiri.

Lihat selengkapnya