"Udah cantik, Nin."
Danin terkesiap kemudian menoleh sekilas ke sumber suara. Tangannya masih sibuk menyemat bros bunga tanpa memedulikan komentar Rahma barusan.
Rahma--teman sekamarnya--yang sedari tadi membaringkan diri di ranjang, rupanya telah duduk dengan memandangi gadis berbalut gamis biru muda. Dia terus memindai Danin dari ujung kepala sampai kaki tanpa berkedip.
Danin menyambar tas kecil dengan warna senada di atas meja. "Aneh, ya?"
Alih-alih menjawab, Rahma justru tersenyum lebar dengan mengacung ibu jari dan telunjuk yang tertaut membentuk huruf O.
Rahma selalu begitu. Dia tidak akan puas sebelum menggoda Danin habis-habisan. Baginya menggoda gadis itu serupa hiburan, apalagi godaannya berhasil mencipta kegugupan. Hal yang paling Rahma suka, mendapati jejak kemerahan di kedua pipi teman sekamarnya. Seperti sekarang, kedua pipi Danin menampakkan semburat kemerahan.
Kalau saja bukan karena paksaan dari ketua angkatan dengan dalih kekompakan. Danin sebenarnya enggan datang untuk memenuhi undangan Malam Keakraban. Selain tidak nyaman berada dalam keramaian, gadis itu lebih suka rebahan di kamar, atau sekadar bertukar cerita kepada Rahma.
Sekali lagi, Danin berdiri. Dia hanya ingin memastikan bahwa penampilannya malam ini tidak menarik perhatian banyak orang. Cukup lama dirinya mematung di depan cermin. Pantulannya justru mengingatkan pada satu dongeng. Cinderella.
Dalam balutan gamis biru muda dengan renda putih di kedua pergelangan tangan, Danin tampak menawan. Sapuan tipis makeup di wajahnya memberi kesan cantik natural. Danin bak Cinderella di dunia nyata, meski tanpa mahkota dan sepatu kaca.
"Ma, aku berangkat dulu." Danin mengacungkan kunci dalam genggamannya. "Jangan lupa pintunya dikunci, ya, Ma! Kayaknya aku pulang malam."
***
Dari kejauhan alunan musik sayup-sayup terdengar. Danin mempercepat langkah--menyusuri koridor--dengan pendar lampu sedikit redup, lalu menaiki anak tangga menuju Auditorium GMSK (Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga).
Lambaian tangan Haya--teman sekelas selama perkuliahan satu semester ke depan--membuatnya melangkah pasti setelah mengisi daftar hadir. Namun, langkahnya tertahan sebab seseorang mengajak berfoto di photo booth sebelah kiri.
"Habis ngapain, Nin?" tanya Haya setengah berteriak.