Itik Cantik Rupa

Sri Lusiawati Indriani
Chapter #4

Gertakan

"Lo dari tadi?" tanya Abimanyu setelah duduk menghadap Kafi.

Anggukan Kafi begitu pasti. Tidak seperti terakhir kali bertemu, sikap lelaki itu tampak tenang, bahkan cenderung datar. Dia berhasil menyembunyikan kilat kebencian di sepasang mata elangnya.

Sebenarnya, Kafi enggan berurusan dengan Abimanyu. Namun, untuk memastikan sesuatu, mau tidak mau dia harus bertemu dengan Abimanyu di sini. Duduk berdua dan saling berhadapan di meja paling pojok Cafetaria, tempat yang sengaja dia pesan sebelumnya.

"Tumben lo ngajak ketemuan," ucap Abimanyu seraya menyandar pada sandaran kursi, "ada apa?"

"Lo kenal Danin dari lama, kan?" tanya Kafi setelah menyeruput kopi.

Abimanyu tergelak. "Lo bela-belain nemuin gue, cuma buat si itik buruk rupa?"

Kafi memainkan pinggiran gelas dengan jarinya, santai. "Kenapa lo gak jawab? Jadi, bener lo--"

"Gue kenal dia," potong Abimanyu. Dia menegakkan tubuhnya, lalu memandangi Kafi penuh ejekan. "Cewek dekil yang suka ngejar-ngejar gue."

Kafi menghentikan gerakan jarinya, lalu menatap tajam ke arah Abimanyu. Dia tidak cemburu, hanya saja ucapan Abimanyu terdengar berlebihan. Sekadar melihat dari gesturnya, Kafi banyak menyimpulkan bahwa lawan bicaranya sedang berbual.

Sejak tadi, Kafi menahan diri agar emosinya tidak meledak seperti tempo hari. Selain tidak ingin mengundang perhatian para pengunjung Cafetaria, dia juga tidak boleh gagal mengorek informasi yang membuatnya penasaran setengah mati.

"Pesona gue emang gak ada obatnya," tambah Abimanyu dengan jemawa, "sampe si itik buruk rupa kelepek-kelepek juga."

Kali ini, tatapan Kafi serupa predator mengintai mangsanya, mengunci tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan. Kilat kebencian kentara di sepasang mata elangnya. Jika tadi, dia berhasil menyembunyikan, lain halnya dengan sekarang. Urat-urat di tangannya yang terkepal, menyembul ke permukaan kulitnya. Kafi sangat siap meninju Abimanyu.

Abimanyu meletakkan minumannya di meja. "Lo suka?" tanyanya seraya terkekeh-kekeh, "lo kena pelet tuh!"

"Oh, wait. Gue enek bahas tuh cewek! Selera minum gue ilang!" Abimanyu menyeringai. "Mending lo bantu gue buat dapetin Misha."

Alih-alih berbuat anarkis, Kafi menyentuh dan menggeser layar ponsel. Senyum penuh kemenangan kentara di wajahnya setelah benda pipih itu menampilkan data Abimanyu. "SMPN 2, lo masih inget sekolah itu?" tanya Kafi tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Gu-e bukan dari sana!" Abimanyu gelagapan, bahkan gesturnya seolah-olah mengiakan pertanyaan Kafi barusan.

Lihat selengkapnya