Danin segera menyambar dan memakai jilbab. Dengan senyum yang mengembang tanpa jeda, dia setengah berlari ke ruang tamu. Namun, sesampainya di ruang tamu, senyum Danin memudar sempurna.
"Ka-mu kenapa bisa ke sini, Abimanyu?"
Lelaki itu beranjak dan bersimpuh di depan Danin yang terpaku. Tubuhnya yang kaku memandangi Abimanyu dengan kedua telapak tangan bertangkup di dada. Melihatnya bersikap begitu, Danin tidak tahu bagaimana seharusnya merespons Abimanyu?
"Maaf," ucap Abimanyu terdengar lirih.
Danin gelagapan, sebab lelaki itu terdengar tersedu-sedu di sela-sela ucapannya. Keangkuhannya tidak lagi ditampakkan, berganti guncangan hebat pada kedua bahunya.
Ah, seandainya saja dia berkata begitu dahulu, mungkin mengurangi derita Danin di masa lalu.
"Jangan begitu, Kak! A-ku sudah memaafkan sejak lama."
Danin memang sudah memaafkan Abimanyu sejak lama, meski trauma belum sepenuhnya menghilang sampai sekarang. Biarlah rasa itu dia rasakan sendirian. Tidak perlu semua orang tahu, termasuk Abimanyu.
Perubahan sikap Abimanyu perlahan memutus buhul-buhul dendam yang sempat tercipta dalam diri gadis itu. Sejahat apa pun Abimanyu, pada akhirnya Danin hanya akan memaafkan. Dalam hatinya tidak ada keinginan, meski sekadar membalas perlakuan buruknya.
"Tolong ...," pinta Abimanyu tertahan. Sepasang netranya terpejam, "tutupin aib gue, Nin."
Danin mengangguk pelan. "Sejak dulu, aku gak pernah mengumbarnya," ucap gadis itu bergetar. Air di sepasang matanya mendadak berjatuhan. "Bahkan tanpa kamu minta, aku selalu menyimpannya sendirian."
***
Koridor FPIK (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan) mulai ramai, bahkan tampak lalu-lalang mahasiswanya yang berdatangan menuju beberapa stan. Dari ujung kiri sampai kanan koridor dipenuhi stan departemen lain.
Stan yang terdiri dari makanan hingga kerajinan tangan dengan kekhasan dijajakan rapi, sehingga menarik perhatian para mahasiswanya. Dari yang sekadar mencicipi hingga membeli, menunjukkan bahwa antusiasme mahasiswa cukup tinggi.
Begitu pun Departemen Gizi. Selain turut melakukan partisipasi, juga meramaikan kegiatan setahun sekali yang digelar oleh FPIK.
Sebenarnya, Danin sudah menolak mati-matian ajakan dari ketua angkatan. Namun, permohonan kepala departemen membuatnya tidak mempunyai pilihan selain menerima. Gadis itu sangat canggung, apalagi ada Kafi dan Misha dalam satu stan yang sama.