ITS ABOUT US AT SCHOOL

ayu aulia
Chapter #5

PINTU MENUJU PENGERTIAN

Malam itu, Ayla terjaga lebih lama dari biasanya. Ia memandang keluar jendela kamar, merenungi hari-harinya yang semakin penuh warna. Kehadiran Darren dan Gia seperti membuka lembaran baru dalam kehidupannya di SMA Pelita Bangsa. Meski awalnya sulit, kini Ayla merasa sedikit lebih nyaman berada di lingkungan barunya.

Namun, ada sesuatu tentang Darren yang masih membuatnya penasaran. Di balik sikap cerianya, Ayla merasa Darren menyimpan sesuatu yang lebih dalam.

Keesokan harinya, sekolah terasa lebih sibuk dari biasanya. Ayla mendengar desas-desus tentang kompetisi basket antar sekolah yang akan diadakan dua minggu lagi. Ketika ia bertemu Gia di kantin, sahabatnya itu langsung membahas hal tersebut.

“Ayla, kamu tahu nggak? Tim basket kita masuk final tahun lalu, dan katanya Darren jadi pemain terbaik!” ujar Gia dengan antusias.

Ayla mengangkat alis. “Serius? Aku kira dia cuma suka bercanda.”

Gia terkekeh. “Di lapangan, dia beda banget. Kamu harus lihat sendiri nanti.”

Ayla mengangguk. Ia memang sudah melihat sekilas kemampuan Darren, tapi belum menyangka bahwa Darren bisa sekompeten itu.

---

Latihan yang Berbeda.

Sepulang sekolah, Ayla memutuskan untuk memenuhi janji kecilnya kepada Darren. Ia menuju lapangan basket untuk melihat latihan sore. Darren sudah berada di sana bersama timnya, mengenakan jersey latihan berwarna biru tua. Ia terlihat serius mengatur strategi dengan pelatih.

Ketika latihan dimulai, Ayla duduk di bangku penonton, memperhatikan. Darren bergerak dengan kecepatan dan presisi yang mengagumkan, memimpin timnya dengan penuh semangat. Namun, di tengah latihan, Ayla menyadari sesuatu.

Wajah Darren terlihat sedikit tegang. Sesekali ia berhenti untuk memegangi lututnya, lalu melanjutkan bermain seolah tidak ada yang salah. Ayla yang semula hanya ingin menonton merasa khawatir.

Setelah latihan selesai, Darren mendekati Ayla dengan senyum khasnya. “Jadi, gimana? Keren, kan?”

Ayla tidak langsung menjawab. Ia menunjuk lutut Darren. “Kamu cedera, ya?”

Darren terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Nggak parah. Cuma kecapekan aja.”

Ayla memandangnya dengan ragu. “Kamu yakin nggak perlu istirahat?”

“Tenang aja, anak Jakarta. Aku tahu batasanku,” jawab Darren sambil mengambil botol airnya.

Meski Darren terlihat santai, Ayla tidak bisa menghilangkan rasa khawatirnya.

---

Hari yang Berbeda.

Keesokan harinya, Ayla mendapati Darren tidak seceria biasanya di kelas. Ia lebih banyak diam dan hanya menjawab pendek ketika diajak bicara. Gia juga menyadari hal itu.

“Darren kenapa, ya?” tanya Gia saat istirahat.

Ayla menggeleng. “Mungkin dia lelah. Kemarin dia terlihat kesakitan saat latihan.”

Gia mendesah. “Dia memang sering memaksakan diri. Tapi biasanya dia nggak sependiam ini.”

Rasa penasaran Ayla semakin besar. Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh.

Lihat selengkapnya