ITS ABOUT US AT SCHOOL

ayu aulia
Chapter #8

KEPUTUSAN DAN KEAJAIBAN

Hari-hari berlalu, dan hubungan Ayla dan Darren terus diwarnai oleh tantangan jarak. Keduanya semakin sibuk—Ayla dengan tugas-tugas berat di fakultas kedokteran, sementara Darren harus menjalani pelatihan intensif bersama tim basket universitas. Meski komunikasi di antara mereka kerap terputus, cinta yang mereka miliki tetap menjadi pengikat yang kuat.

Namun, keadaan berubah ketika Darren menerima tawaran untuk mengikuti turnamen basket internasional di luar negeri. Tawaran itu datang dengan janji beasiswa penuh, tetapi juga mengharuskannya pindah selama setahun penuh. Darren tahu ini adalah peluang besar, tetapi ia ragu untuk membahasnya dengan Ayla.

---Dilema Darren

Di malam yang dingin, Darren duduk di balkon kosnya, memandang langit malam yang dipenuhi bintang. Dalam genggamannya, ada sebuah surat resmi dari penyelenggara turnamen. Surat itu mengonfirmasi bahwa ia telah terpilih untuk menjadi bagian dari tim nasional. Darren membaca ulang surat itu, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah keputusan yang tepat.

“Kalau aku ambil ini, apa Ayla bakal tetap di sisiku?” pikir Darren dalam hati.

Ia mencoba menelepon Ayla malam itu, tetapi panggilan tidak dijawab. Mungkin Ayla sedang belajar untuk ujian pentingnya. Darren menutup telepon dan memutuskan untuk menunda pembicaraan tersebut.


---Kesibukan Ayla

Di sisi lain, Ayla sedang berada di perpustakaan universitas, tenggelam dalam buku anatomi manusia. Ujian tengah semester sudah dekat, dan ia tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri. Namun, di tengah kesibukan itu, ada rasa kosong yang mulai ia rasakan. Ia merindukan Darren—senyumannya, suaranya, dan bahkan caranya menenangkan Ayla ketika ia merasa cemas.

Setelah selesai belajar, Ayla mengecek ponselnya dan melihat panggilan tidak terjawab dari Darren. Ia merasa bersalah karena tidak sempat mengangkat telepon itu.

“Maaf, Darren. Aku sibuk banget tadi,” Ayla mengirim pesan singkat.

Tak lama kemudian, Darren membalas.

“Tidak apa-apa. Kita bisa bicara besok?”

Ayla tersenyum kecil. “Tentu.”


---Pembicaraan yang Sulit

Keesokan harinya, Darren dan Ayla memutuskan untuk melakukan panggilan video. Wajah Ayla tampak lelah, tetapi senyum manisnya tetap menyapa Darren.

“Maaf ya, aku sibuk banget belakangan ini,” kata Ayla sambil membetulkan posisi kacamatanya.

“Aku juga sibuk,” balas Darren. Ia ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan, “Ayla, aku mau ngomong sesuatu.”

Ayla mengangguk. “Apa itu?”

Darren menarik napas dalam-dalam. “Aku dapat tawaran untuk ikut turnamen internasional. Kalau aku ambil ini, aku harus pindah ke luar negeri selama setahun.”

Kata-kata Darren menggantung di udara. Ayla terdiam, mencoba mencerna informasi tersebut. Di satu sisi, ia bangga dengan pencapaian Darren. Namun di sisi lain, bayangan jarak yang semakin jauh membuat hatinya tidak tenang.

Lihat selengkapnya