The Story Of Ivy

Paschalia Riapril
Chapter #2

Pengalaman Awal

POV Castie

“Jadi sekarang buku itu masih berkelana?” tanyaku pada ibu saat itu. “Ya, mungkin saja, ibu mendengar hal ini dari nenekmu dan nenekmu mendengar hal ini dari nenek buyut” ujar ibu seraya mengusap rambutku. Kira-kira seperti itulah yang aku ingat sebelum ibu meninggalkanku 4 tahun yang lalu.

“Ah, mimpi yang sama lagi. Sebenarnya, apa yang ibu inginkan” lirihku kemudian bergegas membersihkan diri. Setelah memastikan semua telah siap aku turun menuju meja makan. “Pagi pa, pagi kak” ujarku sambil tersenyum. “Pagi sayang,” ujar papa lalu mencium pipiku.

“Cepat habiskan sarapanmu Cas, kasihan Corry yang sudah menunggumu sejak tadi” ujar kakak. Aku mengikuti arah matanya dan menangkap orang yang sudah duduk manis di ruang tamu. “Eh, kamu datang pagi sekali” ujarku tanpa sadar. “Memang kamu mau kita terlambat di hari pertama masuk? Cepat habiskan sarapanmu” ujarnya dengan segera aku mengangguk dan memakan sarapanku dalam diam.

Sedikitnya aku bersyukur walau ibu tak lagi bersama kami, tapi keluarga kami masih terasa utuh dan hawa keberadaan ibu masih berada di sekeliling kami. “Ya, aku sudah selesai. Aku berangkat ya pa, kak” aku mencium pipi mereka bergantian lalu menggandeng Corry. “Om, Kak Ren kami pamit ya” ujarnya lalu sedikit menarikku.

Dalam perjalanan menuju halte tak ada dari kami yang membuka suara, dalam hening kami menunggu bis yang akan datang. “Kau tidur jam berapa Castie” ujar Corry tiba-tiba sesaat setelah kami mendudukkan diri di dalam bis. “Eh? Jam biasa kok” ujarku sambil memejamkan mataku, “dan kau terlambat bangun heh? Bukan kau yang biasanya” ujarnya sambil memalingkan wajah.

Aku mengangkat kepalaku dan menatap bingung teman masa kecilku ini. “Apa maksudmu? Wajarkan kalau ada waktu aku bangun kesiangan, ya sialnya hal itu terjadi hari ini” ujarku. “Hah ya sudah kamu juga sudah kesiangan, kalau begitu tidurlah dulu aku tahu kamu masih mengantuk” ujarnya lagi. Tanpa menunggu perintah untuk yang kedua kali aku memejamkan mataku dan menelengkan kepalaku ke pundaknya.

Tatkala elusan-elusan ringan kurasakan yang membuat tidurku menjadi semakin nyaman. “...tie...Castie, bangun hey!” aku perlahan membuka mataku mendengar suara merdu yang memanggilku. “Umh, Ry” dia mengangguk dan menarik tanganku untuk berdiri. “Ugh, sabar dong kalau aku jatuh gimana” ujarku sambil mengembungkan pipiku. “Sudahlah, kamu mau kita lari dari halte selanjutnya?” ujarnya yang membuatku langsung berdiri tegap.

Lihat selengkapnya