Pov Castie
Setelah kami membaca surat tadi, kami terbangun di tengah hutan. Disana kami bertemu dengan Vialin, dia menemukan kami dan membawa kami ke rumahnya. Disana aku menyadari kalau dia punya hubungan dengan wanita yang datang ke mimpiku. Dan ternyata itu benar, setelah mendengar cerita dari paman ini kami pamit untuk berdiskusi sendiri. Setelah mendapat izin kami berbincang di ruang atas.
“Lebih baik aku terus-menerus mendengar suara aneh itu daripada harus ada disini” ujar Mirai. “Tapi tubuhmu berkata lain Mirai, sejak di hutan tadi kau membentakku tapi matamu terlihat berbinar-binar. Itu bukan tatapan kekesalan” ujarku dengan sedikit penekanan.
“Yang seharusnya merasa kesal bukan kamu tapi Luki dan Corry, mereka tidak ada sangkut pautnya dengan suara yang kita dengar tapi mereka masih mau menemani kita kesini” ujarku. Itu membuat Mirai refleks memegang tangan Luki.
Kami kembali ke tempat paman dan Vialin, “paman, kami diundang kesini untuk membantu rakyat, tapi kami tidak punya persiapan apapun kami hanya siswa sekolah biasa” ujarku. Dia tersenyum setelah mendengar perkataanku, “tidak masalah, bisa aku tahu nama kalian?” ujarnya.
“Namaku Casttielle Lian Rode”
“Namaku Corry Evan Julian”
“Namaku Lukian Reymond”
“Namaku Angella Mirai Caesarina”
“Kalian bisa memanggil ku Paman Ve” ujar paman. “Aku akan membantu kalian untuk melakukan persiapan awal. Disini kalian akan membuka kemampuan yang kalian miliki, salah satunya seperti yang di miliki Vialin” ujar Paman Ve. Kami mengangguk paham.
“Disini aku sudah melihat kemampuan dari Castie, karena kemampuan yang kamu miliki berhubungan dengan kemampuanku aku yang akan membimbingmu. Untuk yang lain, kalian akan bertemu dengan guru pembimbing kalian setelah pelatihan Castie selesai” ujar Paman Ve.
“Apa kemampuan yang dimiliki Cas paman?” tanya Corry, “kalian sudah lihat bagaimana tenangnya dia dan inisiatif nya dalam bertanya. Dia punya aura kepemimpinan disini, jadi seperti yang aku katakan tadi bahwa Castie akan menjadi pemimpin kalian. Selain itu dia juga cepat menangkap gelagat tubuh seseorang, dia tahu yang mana yang berbohong dan yang tidak” ujar Paman Ve. “Pantas saja aku tahu kalau Mirai berbohong tadi” gumamku, “ya, kemampuan mu terbuka dengan sendirinya ketika kamu sudah menginjakkan kaki ke negeri ini” ujar Paman Ve.
“Lalu bagaimana dengan kami paman?” tanya Luki, “Semuanya tergantung dengan seberapa kuat keinginan kalian untuk membuka kemampuan kalian” ujar Paman Ve lagi. “Selain keinginan, kalian harus benar-benar mengenali seperti apa diri kalian yang sebenarnya” lanjutnya.
“Ini sudah malam, sebaiknya kita beristirahat dulu” ujar Vialin. “Kalian bisa menggunakan kamar yang ada di lantai atas, Vialin akan menunjukkan kamarnya” ujar Paman Ve. “Paman sendiri bagaimana?” tanyaku, “masih banyak harus aku kerjakan disini” ujar Paman Ve.
“Ayo Cas!” mendengar panggilan Corry aku berlari kecil lalu mengikuti mereka. “Vialin, apa selama ini kamu tidak pernah ke kota barang satu kali pun?” tanya Luki. “Ya, yang aku tahu hanya hutan lagi pula paman memang tidak mengijinkan ku ikut dengannya ketika dia pergi kesana” ujar Vialin. “Apa kamu pernah mencoba untuk ke kota tanpa sepengetahuan paman?” tanya Luki lagi. “Tidak, aku tidak mau membantah paman. Ia sudah menjagaku sejak kecil lagi pula aku lahir dan tumbuh di hutan jadi disinilah tempatku” ujarnya.
“Nah, kalian bisa tidur di kamar ini maaf ya karena kalian harus berbagi tempat tidur” ujar Vialin. “Tidak apa Vialin, kami beruntung kamu yang menemukan kami bukan orang lain” ujarku. “Baiklah selamat beristirahat” ujar Vialin lalu keluar.
Kami menyiapkan tempat tidur agar nyaman untuk ditiduri, setelah selesai kami masing-masing mencuci muka, tangan dan kaki. Mirai sudah tidur terlebih dahulu, lalu di susul dengan Luki. “Memikirkan Kak Ren dan om?” tanya Corry yang langsung membuatku mengangguk.
“Kita ada disini sekarang, apa yang sedang di lakukan papa dan Kak Ren disana ya?” ujarku pelan. “Mereka pasti sedang menunggumu pulang” ujar Corry. “Itu yang ku takutkan Ry, papa sudah kehilangan ibu dan sekarang aku ada disini” ujarku. “Artinya kita harus menyelesaikan misi ini dengan cepat dan dengan sebaik mungkin” ujar Corry. Aku mengangguk, terkadang kata-katanya seperti Kak Ren saat sedang menyemangati ku.