Pov Castie
Setelah kami selesai menikmati keindahan padang bunga, kami kembali ke rumah. Ternyata Paman Ve sudah menunggu kami di depan pintu, “Selamat datang, bagaimana perjalanan pertama kalian?” tanyanya. “Sangat memuaskan paman” jawabku. “Bagus kalau begitu, Mirai kamu sudah membuka kemampuanmu, ini adalah buku yang bisa kau pelajari untuk meningkatkan kemampuanmu selama disini” ujar Paman Ve sembari menyerahkan sebuah buku. “Terima kasih paman” ujar Mirai.
“Sekarang, akan ku ajari kalian teknik dasar dalam berpedang” ujar Paman Ve. Kami mengikuti paman ke samping rumah, ternyata kotak-kotak itu berisi berbagai jenis senjata. “Vialin, bisa kamu tunjukkan” Vialin langsung mengambil salah satu pedang yang ada disana.
Gerakan mengayunkan pedang dengan cepat namun halus, dia mengetahui titik-titik yang akan ia serang. “Luar biasa, gerakanmu indah” pujiku, yang di hadiahi senyuman olehnya. “Gunakan pedang kayu ini, ketika berpedang berikan kekuatanmu pada kaki dan tangan. Karena ketika ada yang menyerang kalian harus bisa langsung menangkis atau menyerang. Perhatikan baik-baik, serang aku Vialin” ujar paman dan Vialin langsung menghunus pedangnya ke arah Paman Ve. Dengan cepat juga paman menghindari serangan yang di berikan Vialin, tak jarang juga Paman Ve menangkis atau berbalik menyerang Vialin.
“Kalian sudah mengerti?” tanya Paman Ve, “sudah paman” ujar Corry. “Kalian bisa mencoba untuk melawan boneka kayu itu dulu. Kami segera bersiap di hadapan masing-masing patung kayu, aku merasa kalau kaki ku gemetar. “Tetap tenang dalam pertarungan” ujar Paman Ve, “Castie pasti bisa” ujar Corry, aku mengangguk lalu menarik nafas dan membuangnya secara perlahan.
Setelah di minta untuk berhenti oleh Paman Ve pedang kayu itu ku hempaskan begitu saja. Begitu pula dengan Mirai kami berdua menuju ke Vialin dan duduk. “Ini lebih sulit dari yang pernah ku bayangkan” ujarku, “ya kau benar” balas Vialin dengan napas yang masih memburu. Sedangkan Luki dan Corry belum beranjak dari tempatnya, gerakan Luki memang masih belum lancar tetapi dia bisa menghindar dengan baik. Sedangkan Corry, ayunan pedang miliknya hampir sama dengan yang dimiliki Paman Ve.
“Kalian sudah cukup” ujar Paman Ve, lalu mereka berdua berjalan menuju kami. “Corry, ambil pedang ini lawan aku” ujarnya sambil melempar pedang yang ada di sampingnya. Dengan cepat Corry mengambil pedang tadi, dan sudah berhadapan dengan Paman Ve. Mereka saling menyerang, melihat latihan mereka seperti melihat pertarungan yang sesungguhnya.
Setelah mereka selesai, “sejak kapan kamu mahir berpedang?” tanyaku. “Sudah lama, kalau tidak salah sejak kita SMP” ujarnya, “hah? Aku tidak pernah melihatmu menggunakan pedang” ujarku lagi. “Untuk apa, memangnya masih ada yang membawa-bawa barang berat seperti itu lagi pula aku bisa ditangkap kalau membawa pedang tanpa ada izin” ujarnya. Aku hanya terkekeh menyadari kebodohanku, “lupa” ujarku.
“Kamu harus lebih berlatih lagi Corry” ujar Paman Ve, Corry lalu mengangguk. “Castie buku itu sudah ada di atas meja, kalau begitu paman pergi dulu ada yang harus paman urus” ujar Paman Ve lalu berlalu pergi dan menghilang diantara rimbunnya pohon.
“Ayo kita masuk” ajak Vialin, kami mengikutinya. “Apa kamu tidak kesepian?” tanyaku. “Aku sudah terbiasa dengan hal ini sejak kecil, jadi aku tidak begitu mempersalahkannya. Tapi aku senang kalian datang, karena beberapa pertanyaan yang selalu berlalu-lalang di dalam pikiranku bisa terjawab satu persatu” ujarnya dengan senyum. “Baiklah kalau begitu” ujarku, setelah aku mengambil buku yang tergeletak di atas meja dan membaca judulnya.
“Aku akan memasak” ujar Vialin, “boleh aku ikut?” tanya Mirai. “Tentu saja” ujarnya, “aku juga akan membantu” ujarku lalu meletakkan buku itu kembali di meja. “baiklah, ayo” ujar Vialin. Akhirnya kami memasak untuk makan malam, beberapa bahan yang baru kami temukan disini sisanya sama seperti yang biasa di pakai untuk memasak.
Kami makan malam dengan diam, mereka sudah terlebih dahulu untuk beristirahat. Sepanjang malam aku membaca buku yang di berikan Paman Ve di ruang tengah. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok Paman Ve.