The Story Of Ivy

Paschalia Riapril
Chapter #13

Penjuru Pertama

Pov Author

Selama dua hari penuh mereka berada di punggung Eryan, di hari yang ke tiga mereka mendarat di pintu gerbang sebuah puri tua. Dari dua penjuru yang sudah mereka datangi mungkin ini tempat tetua yang paling besar. “Eryan kamu yakin disini tempatnya?” tanya Mirai yang lebih dulu turun, yang di jawab anggukan oleh burung itu. setelah semuanya turun ia langsung mengepak kan sayapnya kembali dan pergi menjauh dari situ.

Mereka berjalan mendekati gerbang dan gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Banyak asap juga yang muncul seiring dengan terbukanya pintu gerbang itu. Di depan pintu puri terdapat dua sosok yang satu berjanggut putih dan memakai jubah biru gelap. Dan yang satu lagi bertubuh lebih pendek dan memiliki rambut panjang. “Selamat datang disini, kami sudah menunggu kalian. Terutama tuan putri” ujar yang lebih pendek. “Semua latihan yang kalian lakukan sudah kami lihat dan kami sangat beruntung ratu memilih kalian untuk menyelamatkan negeri ini” ujar yang satu lagi.

“Kami merasa terhormat untuk itu” ujar Castie, “baiklah, kalian mungkin lelah terus terbang kalian bisa beristirahat sejenak. Nanti malam kami akan membangunkan kalian” ujar yang lebih pendek lagi. “Sebelumnya kami mohon maaf, jika kalian berkenan bisakah kalian memperkenalkan diri” ujar Corry.

“Baiklah, namaku Erina kalian bisa memanggilku Bibi Erina, aku dari penjuru ke dua tetapi harus pindah kesini. Dan yang ada di sebelahku ini Paman Arey dia yang tinggal disini” ujar Erina.

“Ya, ayo masuk!” ajak Arey yang diikuti oleh mereka. “Kalian bisa menempati ruangan ini untuk beristirahat, setidaknya membaringkan badan agar tidak terlalu kaku” ujar Arey. “Terima kasih paman!” ujar mereka serempak. Mereka masuk ke ruangan itu dan disuguhi dengan ruangan yang begitu luas dengan lima tempat tidur.

“Ini luar biasa, ini tempat tidur ternyaman setelah aku sampai disini” ujar Luki. “Kau benar, selama ini kita tidur hanya beralaskan alas kayu keras” balas Castie. “Aku punya firasat kalau kita tidak akan lama tinggal disini” ujar Corry yang sudah merebahkan tubuhnya juga. “Apa maksudmu?” tanya Castie yang kelihatan tidak mengerti.

“Kita sudah berada di tempat Paman Ve selama setahun dan di tempat Yerl hanya sekitar setengah tahun. Tidak menutup kemungkinan jika kita disini hanya tiga bulan” ujar Corry sambil menutup matanya dari cahaya. “Yang dikatakan Corry ada benarnya, ini mungkin tempat persinggahan kita yang terakhir. Dan disini kita hanya sebatas lewat” ujar Mirai menambahkan.

“Kalau memang ini yang terakhir kenapa? Tidak masalah bukan, kita sudah berlatih selama satu setengah tahun ini. Kita harus bisa berpikir dengan baik” ujar Castie memberikan semangat. “Ya, kita harus berusaha. Dan aku akan membela negeri ku sampai akhir” ujar Vialin. “Kami akan membantumu” ujar Castie dan Mirai, mereka memutuskan untuk tidur sejenak untuk mengalihkan rasa lelah mereka.

“Sepertinya sudah malam” ujar Corry yang lebih dulu bangun, ia memandang keluar lewat jendela yang ada. “Baru kali ini aku kembali melihat sang rembulan dengan jelas” gumamnya. Tidak lama yang lain ikut terbangun, mereka membasuh wajah dengan air agar lebih merasa segar.

Setelah selesai membasuh mereka membentuk lingkaran kecil di salah satu tempat tidur. “Bagaimana jika kita evaluasi tentang kemampuan yang sudah kita latih selama ini” usul Castie. “Boleh saja, siapa yang akan memulai?” tanya Mirai. “Bagaimana menurut kalian tentang kemampuanku?” tanya Corry.

“Menurutku kemampuan pedangmu benar-benar yang terbaik di antara kami semua, tapi kamu kurang bisa untuk mendekati orang” ujar Castie. “Kalau untuk yang kedua aku tahu, sejak dulu selalu seperti itu” balas Corry.

“Menurutku kemampuanmu yang masih kurang adalah saat kamu mempertahankan diri, kamu terlalu fokus dengan lawan yang ada di depanmu membuat lawan yang ada di belakang menjadi lebih leluasa”

Lihat selengkapnya