The Story Of Ivy

Paschalia Riapril
Chapter #15

Bertemu dengan Ratu

Pov Author

Pagi-pagi sekali mereka meninggalkan puri tua itu dan berjalan menuju ibu kota. Mereka menggunakan pakaian yang memiliki tudung agar bisa menutupi wajah mereka. Tidak lupa Luki memasang perisai diantara mereka sebagai pertahanan. Di ibukota masih ramai dengan aktivitas masyarakat, saking sibuknya tidak ada yang menyadari bahwa ada yang berbeda diantara kerumunan itu.

Mereka akhirnya sampai di rumah yang cukup tua dan terlihat tidak berpenghuni. Mereka masuk dengan mengikuti Erina dan Arey, dan akhirnya sampai di depan pintu kamar yang tertutup.

Ketika masuk kamar yang terlihat kecil itu ternyata sangat luas, ada beberapa orang yang terus berlalu-lalang. Mereka masih terus mengikuti Erina dan Arey dan sampai di depan pintu kayu lagi. “Salam bagi permaisuri” ujar Erina dan Arey, setelah itu mereka membuka pintunya. “Sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku permaisuri lagi, aku bukan lagi permaisuri saat ini” suaranya kian melemah setelah mendapati siapa saja yang ada.

Dia terdiam sejenak memandangi mereka, ketika matanya menangkap sosok sangat di kenalnya, air matanya jatuh begitu saja. “Putriku! Putriku! Kau sudah besar sekarang, bunda sangat merindukanmu sayang” ujarnya sambil memeluk Vialin dengan kuat tidak henti-hentinya ia menciumi pucuk kepala putri yang sudah ia tinggalkan selama bertahun-tahun. “Bu-bunda, aku tidak bisa bernafas” ujar Vialin yang membuat permaisuri melepas pelukannya. “Maafkan bunda sayang, bunda sangat merindukan mu maaf bunda tidak bisa melihatmu tumbuh besar sayang” ujar permaisuri, yang masih terus mengelus dan menciumi pucuk kepala putrinya itu.

“Tidak apa-apa bunda, walau awalnya aku kesal karena bunda seperti membuangku. Tapi semakin aku dewasa semakin aku mengerti kenapa bunda melakukan hal itu. Bunda hanya ingin aku selamat dan tidak ingin membawa aku ke dalam masalah kerajaan” ujar Vialin lalu kembali memeluk sang bunda. “Terima kasih putriku” ujar permaisuri.

Setelah berpelukan permaisuri beralih menatap Castie, “apa kamu anak Srivya? Kamu sangat mirip dengannya” Castie mengangguk dengan semangat. “Iya, ratu saya anak dari Srivya” ujar Castie. “Tapi dimana ibumu nak, apa dia tidak ikut? Dan jangan panggil aku ratu, panggil aku Bibi Lasya saja. Sekarang aku bukan lagi ratu” ujar permaisuri kembali, “mohon maaf Bibi Lasya tapi ibu sudah tidak ada sekitar empat tahun yang lalu” ujar Castie. “Kenapa? Apa yang terjadi dengannya?” tanya permaisuri dengan wajah yang amat menampilkan kekhawatiran. “Ibu pergi karena sakit bibi” ujar Castie dengan senyum. “ Maaf membuka luka lamamu” ujar permaisuri, “tidak apa bi” balas Castie

“Maaf juga tidak mengenalimu saat itu, aku tidak bisa melihat dengan jelas karena air mata tapi aku mengenali suaramu” ujar permaisuri lagi. “Tidak masalah bibi, kami disini akan membantu rakyat Ivy untuk kembali menuju perdamaian” ujar Castie.

Lihat selengkapnya