Dia adalah anak seorang ayah yang dermawan. Waktu kecil ia sering membaca dan menulis. Sejak kecil sudah mengisi hari-harinya dengan membaca dan menulis; tulisan fiksi. Seperti cerpen, komik maupun puisi. Kegigihannya dalam membaca ia tidak sadar bahwa nada membacanya adalah layaknya seorang puitis yang sedang membacakanya puisi-puisinya, tetapi ia tidak mengetahui dan menyadari bakatnya.
Ayah dan ibunya lah yang hanya mengetahuinya bakat anak bungsunya itu, bahwa anaknya yang bernama Retno adalah seorang yang berbakat dalam menulis.
Sehingga timbulah rencana yang terdetak dibenak pikiran dan terbesit di hati sang ayah untuk mendekatkan Retno ke orang yang kira-kira puitis dan ahli dalam dunia tulis menulis, dengan tujuan agar Retno bisa mengembangkan bakatnya tersebut.
Akhirnya sang ayah mengasingkan Retno di rumah kos anak pamanya Retno sendiri. Anak pamannya yang juga bungsu. Namanya Sandy Brihady.
Umur Sandy lebih tua tiga tahun dibanding Retno. Sandy yang ngekos di daerah Lawe Meciho.
Sandy yang kuliah di Universitas Ame Cikhem, jurusan sastra dan bahasa indonesia. Sandy yang hobinya berpuisi setiap hari. Kata-katanya begitu indah ia rangkai menjadi bait-bait puisi yang memakau.
Sandy sangat sering sekali memenangkan lomba puisi se-Universitas Ame Cikhem. Penghargaan yang ia dapatkan dan ia menangkan di event-event mingguan sangat banyak sekali, dan paling tidak ia yang juara satu dan dua. Penghargaannya berupa uang tunai tiga ratus ribu rupiah, sertifikat dan piala. Bahkan ia pernah diutus ke Luar Negeri, yang diundang oleh persatuan pelajar indonesia yang ada di luar negeri, yaitu India dan London.
Lemarinya dipenuhi dengan piala-piala penghargaan atas kejuaraanya dalam membaca puisi-puisinya. Sehingga sepupunya yang bernama Retno, ia ajari berpuisi, sampai Retno pun mahir dalam berpuisi.
Retno yang mulai pisah dari kedua orang tuanya pada usianya lima belas tahun, yaitu mulai ia duduk di kelas satu SMA.
SMA-nya Retno bersampingan dengan Universitas Ame Cikhem, yaitu Universitasnya Sandy Brihady.
Nama SMA-nya Retno, SMA Swasta 1 Toh Nae. Tiga tahun sudah Retno satu rumah kos dengan Sandy.
Hari-hari mereka dipenuhi dengan puisi-puisi yang berupa tulisan fiksi.
Sehingga mereka membuat sebuah grup facebook kepenulisan, nama grupnya Ulang Kisat Menulis. (UKM).
Dengan jumlah anggota grup sekitar tiga ribu tiga ratus, dan rata-rata anggota grup adalah teman-teman Sandy di Universitas Ame Cikhem dan teman-temanya Retno di SMA Swasta 1 Toh Nae.
Setiap hari mereka memposting karya-karya mereka, baik itu puisi maupun cerpen dan bahkan juga artikel.
Mereka menjadwal tulisan apa yang mereka posting, misalkan hari ini Retno memposting cerpen dan besoknya giliran Sandy yang memposting puisi, begitulah sebaliknya.
Hari ini giliran Retno yang memposting puisi karyanya, yang berjudul “”Putri Malu””
Putri Malu
Wahai kamu putri malu
Kamu laksana bunga duri putri malu
Bila di dekati malu-malu
Bila sentuh kamu menjadi layu
Oh putri malu
Jadilah putri yang benar-benar malu
Malu memperlihatkan kecantikkanmu
Malu memperlihatkan auratmu
Malu dan malulah sebelum menjadi layu.
Duhai putri malu
Janganlah mudah dirayu
Dirimu sangatlah mulia
Dirimu sangatlah berharga
Tak ada bandingnya dengan berlian, intan permata dan mutiara
Duhai putri malu.
Oh putri malu
Janganlah pernah mengukir dosa dengan orang yang haram bagimu
Ukirlah dan raihlah Ridho Allah, bersama imammu
Tumbuhkanlah bibit-bibit pahalaha bersamanya.
Duhai kamu putri malu.
Karya: Retno Supratman
Baru saja tiga menit yang lalu Retno memposting karya puisinya di grup Ulang Kisat Menulis, langsung saja para anggota grup menyukai ata memberi jempol like puisi karyanya.