IYYAAKI HUBBII

Daud Farma
Chapter #45

Happy Birth Day Our Queen

Sore ini senja mulai menyihir laut menjadi laut merah berapi-api. Angin mulai berembus membawa hawa dingin yang meneduhkan, kicauan suara burung mulai terdengar di sekitar laut bagi makhluk yang memiliki telinga, kura-kura menyusun strategi ingin membuat sebuah gapura untuk peyambutan ratu laut yang ingin menampakkan diri ke permukaan, pinguin sedang berdansa dan memainkan sebuah tarian indah di atas pasir, buaya sedang memagari singgasana tuan ratu, singgasananya adalah para pinguin yang gemuk-gemuk, bulu-bulu mereka yang lembut tentunya membuat sang ratu betah dan tak mau segera beranjak dari tempat duduknya. Kodok-kodok hijau sedang memainkan gitar dan melantunkan lagu ulang tahun untuk ratu. Oh ya hari ini adalah ulang tahun ratu kami yang akan segera mendarat ke permukaan. Kawan, sudahkah kau tahu siapa ratu kami yang cantik itu?

Perkenalkan, ratu kami memilki dua prajurit: dua paus jantan. Sang ratu amat terlihat imut dan indah dengan muka mungilnya yang menggemaskan, andai saja aku bukan prajuritnya maka sudah lama ia kucium atau sekadar memegangi tangannya saat dia hendak naik tangga singgasananya. 

Masing-masing kami telah dikabari lewat inbox melalui udara. Undangannya selalu disebarkan pada malam maupun di siang hari. Ketika malam hari sang kelelawar yang melakukannya. Para kelelawar mendatangi pintu rumah-rumah kami. Ia tidak mengetuk melainkan langsung membuka mulutnya lalu berteriak sekuat yang ia suka, "Hai, Tuan yang ada di dalam sana! Sudah tahukah kiranya Tuan bahwa ratu kita akan berulang tahu besok?" Kalau kami tidak menjawab, maka rombongan kelelawar itu tidak akan pergi. Mereka menunggu jawaban sampai kami membuka pintu untuk sekadar mengatakan, "Ya, kami sangat bahagia mendengarnya bahwa ratu kita akan berulang tahun besok. Saya akan membawakan hadiah untuk tuan ratu kita!" Setelah medengar demikian barulah para kelelawar itu pergi. Terkadang kami hampir bosan menerima undangan untuk acara ulang tahun ratu kami. Malam hari hanya dua kali saja undangan itu datang, burung hantu dan kelelawar. Tetapi kalau siang hari? Wah sampai tiga dan bahkan sepuluh kali. Ada para semut kurcaci, kura-kura, ular, pacat, kerbau, kambing, gajah, harimau, singa, burung-burung bulbul, kakak tua, merpati, bahkan si elang yang kami takuti itu. Kalau kami membandel bisa-bisa kami disate oleh elang sialan itu.

Undangan yang menyebalkan itu adalah dari seokar burung beo, "Duhai, Kakanda yang di dalam sana? Tega nian Kakanda jika sampai hati tidak datang ke acara tuan ratu! Tidakkah Kakanda tahu bahwa tuan ratu sangat merindukan, Kakanda?"

Dia tidak cukup mengabarkan lewat pintu, ia juga mengabarkan itu lewat jedela-jendela. Kalau sudah tiga kali diulanginya dan tidak dijawab, maka paruhnya akan memukuli atap-atap rumah kami. Padalah sudah kami jawab sejak pertama kali ia mengatakannya, namun ia tidak mendengarnya karena ia tuli. "Ya, Beo yang baik, sungguh tidak tega nian kami sampai tidak menghadiri acara ulang tahun tuan ratu. Sangat sakit tentunya perasaan tuan ratu kalau kami tidak datang bertamu. pulanglah duhai, Beo yang baik. Undanganmu sudahlah kami tahu!" Sudah kami katakan begitu sampai tiga kali, tetap ia tidak pergi higga akhirnya kami pun menyediakan toa atau speaker dan menumpukan ke telinganya, "Pulangah duhai, Beo yang ganteng. Undanganmu sungguhlah kami sudah tahu. Tidak sampai hati kami tidak bertamu untuk menghadiri acara tuan ratu!"

"Benarkah yang aku dengar dari mulut, Kakanda sekalian?" tanya lagi.

"Ya, kami berkata sejujurnya duhai, Beo yang ganteng dan baik hati!" Barulah ia pergi.

Lihat selengkapnya