Tak ada sebab, hubungan kami masih hangat. Tiba-tiba saja ia menjauh. Tidak mau lagi terhubung denganku melalui media-media canggih itu. Tiap kali aku ingin menanyakan kabarnya, awalnya ia baca lalu menjawab sekenanya. Tidak berapa lama demikian, tidak sampai satu bulan aku bertanya sesekali kemudian ia merasa aku selalu mengikutinya meski pun menanyakan hari-harinya. Dia memblokir semua kecanggihan itu. Akun baru yang aku buat, tanpa membalas apa pun langsung dibuatnya tamat.
Masalnya adalah aku g memulai terlanjur mengatakan padanya bahwa ayahku tidak setuju menikah dengannya karena beda khas budaya, beda pulau, beda kasta. Dia anak perempuan dari keluarga yang berada. Dia kuliah kedokteran. Aku kuliah di benua Afrika. Bukan karena aku orang kaya lalu bisa kuliah di sana melainkan Afrika sangat murah dari biaya pendidikan di banding Indonesia, tidak semua murah, ada juga yang tidak bisa dijangkau dengan biaya dari keluarga yang sederhana.
Ayahku minder, tidak ingin menantunya dari orang berada. Ia merasa orang kaya adalah sombong, tidak bakal mau masuk rumah orang miskin. Padahal keluarga kami tidak tergolong miskin, berkecukupan. Selama di pesantren aku tidak pernah telat bayar uang bulanan, selama di Afrika aku masih dikirimi ayah, biaya tiket dan segalanya juga ditanggung ayah. Kalau aku minta, ayah pasti menyanggupinya selagi masih wajar.
Sesekali ia membalas pesanku di nomor baru. Katanya padaku bahwa ibunya juga tidak setuju ia menikah denganku. Alasan ibunya juga sama seperti alasan yang pada umumnya; adat, budaya, jauh, dia perempuan satu-satunya, entah benar atau tidak ibunya berkata begitu atau mungkin ikutan dengan alasanku karena terlanjur membuatnya sakit hati sebab alasanku itu.