IYYAAKI HUBBII

Daud Farma
Chapter #60

Nak Balik Kampung

Pada tahun 1978 Masehi buya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tuanya. Buya adalah anak Cane yang pertama kali belajar di Mesir. Di masa beliau seluruh mahasiswa Aceh di Mesir hanya ada enam belas orang. Dua di antaranya adalah; Prof. Dr. Tgk. Muslim Ibrahim, MA. Guru Besar UIN Ar-Ranniry dan Anggota MPU Aceh (Untuknya, al-Fatihah). Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA. Ketua Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, dan Ketua Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman-Banda Aceh.


Buya tinggal di Gamalia, tidak jauh dari masjid Sidna Husain. Buya sempat bertalaqqi kepada Syekh Sya'rawi yang ketika itu mengajar di masjid Sidna Husain. 

Sewaktu menemani beliau berkeliling sekitar Kairo, buya banyak bercerita bagaimana keadaan Kairo 43 tahun silam. Misalnya ketika kami tiba di Darrasah, beliau hampir saja tidak mengenali titik-titik yang kami lewati. Telah berubah delapan puluh persen dari segi bangunannya. Adapun watak, karakter dan sifat orang Mesir, masih sama seperti dulu adanya. Semakin melangkah, ingatan-ingatan beliau akan masa lalu sewaktu belajar dulu terbayang kembali. Terobati rindu beliau menuntut ilmu kala itu. Beliau masih mengerti arab 'amiyah dan masih fasih mengobrol dengan orang Mesir.

Darrasah, yang sekarang tempat tinggal kami, telah dipadati gedung-gedung tinggi. Di masa beliau Darrasah ialah padang sahara yang dilalui Kereta Api. Masa beliau, ikan Bulthi alias ikan mujahir hanya 5 Pounds perkilo dan masih bisa beliau tawar jadi 4 Pounds. Sekarang empat Pounds adalah tiga ribu enam ratus rupiah. Dari segi makanan yang bervariasi, masa beliau belum ada Ruz Billaban yaitu nasi dengan susu. 

Enam tahun kemudian beliau terpaksa pulang kampung halaman karena ayahandanya sakit. Beliau melanjutkan merintis Pesantren Darul Iman. Bertahun-tahun kemudian, Darul Iman makin maju. Pesantren yang pertama kali menerapkan sistem modern dan kelasik di Aceh Tenggara. Buya ialah sosok pimpinan pondok yang tidak hanya mengajar di pesantren beliau juga aktif ceramah di luar pondok. Bahkan sampai saat ini masih ada jadwal khatib jumat dan mengajar di masjid Agung At-Taqwa. Beliau telah terpilih empat kali berturut-turut sebagai Anggota MPU Aceh. Buya sangat dikenal oleh masyarakat Aceh Tenggara sebagai tokoh agama. 


Beliau sukses membina pesantren Modern Darul Iman yang sistemnya telah berjalan hampir 100%. Merintis, mengembangkan dan memajukan Darul Iman hingga seperti saat ini tidaklah mudah, ucap beliau. Sedikit banyaknya buya menceritakan bagaimana beliau merintis Darul Iman dengan fasilitas yang masih jauh daripada memadai. Untuk mengetik surat satu lembar saja beliau harus meminjam mesin ketik orang kampung, kemudian untuk mencetaknya juga mesti di luar pondok.


Lihat selengkapnya