"Show your boarding pass please!" lagi-lagi kata-kata itu ditujukan si pramugari kepadaku.
"My Boarding pass is bring your friend, the one boy and he is the security before you stand here, and he is bring my boarding pass when I'm cheeking of him." Aku mencoba untuk menjelaskan dengan bahasa inggrisku yang kacau balau, kosa kata miskin, dan sikap sok percaya diri.
Kujelaskan berkali-kali kepada si pramugari bahwa boarding pass-ku dibawa oleh temannya, pria yang menjaga pintu gerbang pesawat sebelum ia berdiri di sini. Pria itu memegang dan membawa boarding-pass-ku ketika aku diperiksanya. Karena aku belum tahu bahasa inggrisnya pramugara, aku hanya menyebut scurity atau petugas. Namun, pramugari itu tetap tak percaya dan tidak menghiraukanku, ia malah memeriksa penumpang lainnya.
Para penumpang hampir masuk semua, aku mencoba melangkahkan kaki dan ingin masuk ke dalam pesawat. Aku berdiri tepat di depan pintu masuk pesawat di sisi sebelah kanan, sedangkan di sisi sebelah kiri, pramugari itu sedang memeriksa boarding-pass para penumpang lainnya. Kakiku pun kulangkahkan, namun,
"Show your boarding-pass please!" kata itu lagi yang terucap dari mulut si pramugari, mencegah aku masuk. Aku pun mundur kembali. Hatiku mulai kacau, gelisah dan pikiranku melayang. Mataku memandang dan melihat ke belakang, berharap pramugara yang membawa boarding pass-ku muncul, menampakkan batang hidungnya. Namun, ia tak kunjung datang.
Aku semakin gelisah, setengah menangis, mataku berkaca-kaca, tubuhku bergetar dan kaku. Aku sudah pasrah dan berpikir, "Kalaulah pramugara yang membawa boarding pass-ku tidak datang. Atau meskipun ia datang, namun tidak membawa bording pass-ku atau tanpa sengaja ia sudah menghilangkannya, pasti aku akan dideportasi ke Indonesia. Sedangkan uang di kantongku hanya ada 41 dolar Amerika atau sekitar 500 ribu rupiah. Dolar yang aku tukarkan waktu di Indonesia, di Carefull kota Medan. Itu pun sisa dari semua uangku dari ongkos tiket pesawat yang telah aku bayar sekitar 8,7 jutaan, dan sisa uangnya kutukarkan ke bentuk dolar. Karena di Kairo, uang rupiah tidak bisa ditukarkan dan tidak diterima saat jual-beli.
Berkali-kali aku beristighfar, mungkin hari ini telah melakukan kesalahan yang tidak sengaja kulakukan dan aku tidak tahu apa kesalahan itu? Aku berdo’a di dalam hati semoga di balik ini semua ada hikmahnya, karena Allah Swt tengah mengujiku.
Lagi-lagi aku berpikiran,
"Kalaulah si pramugara yang membawa boarding pass-ku tetap tidak datang, sebelum pesawat berangkat, berarti aku gagal ke kota Cairo. Karena aku sudah tak punya uang lagi untuk membeli tiket dan aku pasti dideportasi ke Indonesia. Kalaulah aku dideportasi ke Indonesia, itu artinya, Allah Swt. belum mengizinkanku untuk menuntut ilmu di negeri Mesir, negeri para Nabi."