IYYAAKI HUBBII

Daud Farma
Chapter #13

Rahasia Kecil Sebatang Pohon Kurma

Empat sahabat hidup di sebuah gurun pasir yang indah. Banyak orang yang berkunjung ke tempat mereka. Gurun pasir itu tidak terlalu jauh dari Kairo. Empat sahabat itu adalah seekor Unta, seekor Keledai, seekor burung Costa dan sebatang pohon Kurma. Mereka berpisah selama empat tahun. Empat tahun pun berlalu dan mereka mengadakan reunian kecilan di tempat mereka dulu berpisah, yaitu di gurun pasir. Tak lama berkumpul mereka pun saling menyapa dan bertanya, "Hai, apa kabar? Kemanaja aja? Burung Costa kamu makin comel aja deh!, Unta kamu makin gendut saja ya? Wah Keledai kamu kok makin bahlul ya? dan sebagainya. Yang pertama ditanya adalah burung Costa.

"Costa, empat tahun belakangan ini kamu kemanaja saja?" Burung Costa dengan matanya yang indah dan berbinar-binar menjawab dengan nyantai dan bahagia, "Aku terbang ke Negeri Eropa, aku melihat keindahan yang jauh lebih indah dari tempat kita ini, di sana tidak gersang dan kebersihannya terjaga dan banyak pepohonan yang menghijau, begitupun dengan bunga-bunga, aku memetik sepucuk bunga tulip sebagai bukti bahwa aku senang hidup di Eropa." Tiga sahabatnya berseru, "Wah,Costa, ceritamu bagus sekali, Cos!" Burung Costa yang kursus bahasa inggris di Eropa pun bilang, "Thanks very much." Kemudian giliran Unta yang ditanya, 

"Unta, empat tahun belakangan ini kamu kemana saja, Ta?" Unta yang dagingnya paling mahal di Mesir, tentu ia tidak mau kalah saing. "Aku pergi ke gurun sebelah, di sana ada Piramida dan di sana kutemui lebih banyak pengunjung, bermacam-macam jenis orang yang kutemui. Ada yang hidungnya pesek dan ada yang mancung, ada yang kulitnya putih dan ada yang hitam. Kemudian aku menjelajahi kota Kairo, aku menemukan lebih banyak orang. Memang di sana banyak sampah, tetapi aku tetap tersenyum karena aku nenemukan banyak temanku yang narsis di pinggir jalan, super market dan fotoku banyak ditempel di plastik-plastik makanan." Tiga temannya pun berseru, "Waw, kalau begitu ceritamu jauh lebih nenarik, Ta." Unta pun mengangguk gembira lalu bilang, "Syukron ya ashaabii" Kemudian giliran Keledai yang ditanya, "Kalau kamu kemana saja, Kel, selama empat tahun belakangan ini?" Keledai yang jalannya lebih cepat dibanding Unta, tentunya ia tidak mau kalah saing. "Aku pergi ke Alexanderia. Di sana kutemukan bangunan berleter U di pinggir laut, kutemukan jutaan pengungjung, sehingga aku pun bosan melihat tourits yang terus bergantian, setiap hari aku menatap keindahan kota Alexanderia yang lautnya biru. Kebersihannya yang lumayan terjaga dibanding Kairo. Di sana kutemukan pengunjung yang bermata biru, bermata merah dan bermata coklat. Dan masih banyak lagi keindahan lainnya yang tidak ada di Kairo seperti yang diceritakan Unta. Aku juga sempat foto-photo selfie sama cewek-cewek cantik."  Tiga temannya pun berseru, "Wah, ceritamu jauh lebih bagus, Kel." Keledai pun terbata-bata bilang, "Syu syu syuu.. Syukron, Bro." Sebab ia suka lupa kosa-kata.  Terakhir giliran Kurma yang ditanya, "Kalau kamu kemana saja, Ma, selama empat tahun belakangan ini?" Duhai kawan, pohon Kurma yang ditakdirkan sejak tumbuhnya hingga tumbang mati dimakan rayap tetap diam di tempatnya. Bagaimana perasaannya kalau ditanya pertanyaan semacam itu? Duhai kawan, di sekitarmu banyak pohon Kurma Sawit dan pohon Kelapa, kamu peluk itu pohon erat-erat dan berteriaklah, "Hai pohon Kelapa, selama ini kamu kemana saja?" Kalau kamu jadi pohon Kurma, bagaimana pula perasaanmu? Bukankah pertanyaan itu menampar? Duhai, apakah hidup ini terasa tidak adil? Jawabannya adalah; hidup ini ditakdirkan selalu adil kawan, karena cerita kita ini adalah tentang, "Rahasia kecil sebatang pohon Kurma" Apa rahasianya? Baca jawabannya,

 "Teman-teman, kalian tahu aku dari dulu sampai sekarang di sini saja, aku tidak kemana-mana. Berkali-kali sudah daunku mengering dan berganti, tapi aku tidak bergerak, di sini saja, Kawan." Suasana pun hening seketika. 

"Tapi, Kawan..." Belum selesai ia bercerita, tiga temannya menyela, "Tapi apa, Ma?"  

"Tapi, aku mempunyai buah, dan buahku itu dipetik kemudian dinikmati jutaan orang, menjadi menu pembuka tatkala ramadhan tiba. Dibawa ke tanah suci dan ada di mana-mana bahkan di ujung dunia sekali pun." Tiga temannya pun berseru, "Wah... Wah and Waw!, ceritamu jauh lebih hebat dan menarik dari kami, Ma. Berarti pohon Kurma yang kami lihat di sekitar Kairo itu adalah dari kamu, Ma." Kata Keledai. Burung Costa pun berkata, "Berarti buah Kurma yang dijual dengan harga yang sangat mahal di Eropa sana adalah dari kamu juga, Ma."  Pohon Kurma hanya bisa tersenyum, walaupun pertama tadi ia sempat sedih. Lalu ia pun berkata, "Bersyukurlah teman-teman, kalian punya kaki dan ada yang punya sayap, kalian jauh lebih mampu membawa banyak manfaat dariku. Apalagi kalau kalian punya akal, tentunya kalian lebih wah and Wow." Begitulah rahasia kecil sebatang pohon Kurma. Walaupun hanya diam di tempatnya, tetapi sebenarnya ia berpetualang. Begitu pun seorang Penulis, ia mungkin hanya diam di dalam kamarnya, tetapi tulisannya menembus kemana-mana, dibaca banyak orang. Begitu pun seorang ibu rumah tangga, tidak perlu berkecil hati, karena ia mempunyai sebuah ambisi, yaitu ingin menyekolahkan anaknya agar bisa kemana-mana. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, "Khairunnaasi anfa'uhum linnaas". Semoga kita juga mempunyai rahasia kecil seperti pohon Kurma, yang selalu menjatuhkan buah selanjutnya dan buahnya dinikmari jutaan orang.  

Lihat selengkapnya