Suatu hari di senja tua di puncak musim panas, seorang Masisir kebingungan dan merasa was-was memikirnya duitnya pada esok harinya. Dia khawatir besok ia tidak bisa pergi ke kampus, karena uang di sakunya tinggal satu pound lagi, sedangkan satu pound lainnya sudah ia berikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Ia juga tidak habis pikir ternyata uangnya hanya tinggal 1 pound lagi.
"Besok ongkosku pergi ke Markas Bahasa gimana yah? Sedangkan uangku sudah aku berikan kepadanya (Ibu-ibu tua). Yah tak apalah, yang pengting ikhlas." kata hati nuraninya.
Tetapi ia terus saja berpikir bagaimana ia harus mendapatkan uang satu pound lagi untuk bayar tiket bus pada hari esok. Mau minjam juga sulit, mau minta kiriman ke orang tua malu, karena baru saja beberapa hari yang lalu dikirimi duit. Nunggu beasiswa, juga belum waktunya. Akhirnya pemuda itu pun berniat kembali untuk memberikan satu pound yang tersisa di sakunya kepada orang kedua yang juga membutuhkan uang itu. Bukanya mencari atau meminjam uang, tetapi ia malah memberikan uang itu pada orang lain yang tidak ia kenal. Ia hanya mengingat Allah, dan ia yakin bahwa Allah Maha Melihat, Maha Penyanyang dan Maha Pemberi.
Dia yakin, uang itu bukan miliknya, tapi milik orang itu. Walaupun hakikatnya ia yang punya. Karena pemuda itu merasa ia hanya dititipi, bukan memilikki. Allah Swt , hanya menitipkan kepadanya, bukan menjadi miliknya sepenuhnya. Karena orang yang meras dititipi, biasanya lebih bersyukur daripada orang yang merasa memiliki.
Dia teringat ceramahnya almarhum KH. Zainuddin Mz. Kata beliau, "Hiduplah seperti hidupnya tukang parker. Tukang parkir punya mobil banyak dan motor banyak. Ia tidak sombong. Mobil dan motor itu pergi satu persatu meninggalkanya, ia tidak marah apalagi bersedih. Karena tukang parkir itu merasa dititipi, bukan memiliki”.
Begitulah hidup, jika kita merasa dititipi, maka kita akan pandai bersyukur dan mensyukuri nikmat-Nya.
Setelah sholat magrib, pemuda itu kembali ke rumahnya dengan saku yang kosong dan menggendong tas hitamnya yang ia beli di INDONESIA.
Sampai di kamar, ia termenung lalu tertidur.