IYYAAKI HUBBII

Daud Farma
Chapter #18

Bidadari Subuh

Sejauh ini belum pernah ia absen. Ia datang lebih awal daripada kami. Subuh ini aku agak lambat turun dari lantai dua itu, tempat wudhu. Sehingga ketika menuruni anak tangga, kamera handphone-ku sengaja mengabadikan pemandangan yang sudah sering kami lihat tapi baru kali ini sempat ku-jepret.

Kami tidak tahu apakah ia yang mengajak ataukah dia yang minta diajak oleh bakek dan baba-nya berjamaah di masjid. Selesai shalat subuh, kulihat ia yang meraih tangan kakeknya dan memeluk tangan kiri itu erat-erat seakan ialah yang menuntun kakeknya berjalan. Dia berada di sisi kiri kakeknya dan baba-nya di sisi kanan. Mereka bertiga berjalan melewati bangunan tua itu. Kami adalah tetangga mereka. Ia adalah satu-satunya Hawa di dalam Masjid ini. Perlu kamu tahu bahwa wanita Mesir tidak akan kamu temui berjamaah subuh di Masjid, mulai dari anak-anak sampai ke ibu-ibu, kecuali Hawa yang satu ini. Dialah gadis kecil yang berumur sekitar lima atau enam tahun yang satu-satunya berjamah subuh di Masjid. Seluas kota Kairo ini, kamu akan sulit menemukan perempuan yang shalat subuh di masjid. Ini adalah pemandangan yang sangat langka, pemandangan yang sangat mengagumkan kami. Kakeknya adalah imam kami, sehingga ia tidak pernah telat datang ke masjid di belakang Barakat Store itu.

 Baba dan kakeknya paham betul apa yang tertulis di dinding masjid itu, yang bunyinya, "Inna as-Shalaata Kaanaat 'alal mu'miniina Kitaaban Mauquutaa." Anak kecil yang imut, cantik dan manis itu paham betul apa yang tertulis di dinding itu, mungkin saja baba dan kakeknya sudah menjelaskan makna itu kepada hawa yang jelita itu sehingga tak pernah kami lihat ia telat. Jika di sana para anak kecil yang seumurannya masih tertidur pulas di samping ibunya, hawa kecil satu itu sudah bermuka cerah dengan air wudhunya di waktu subuh. Mukanya yang berkulit putih bersih terlihat semakin cerah dengan air wudhu, melawan rasa kantuknya dan berdiri tegap di dalam masjid. Jika di sana para kakak-kakak yang sudah berumur dua belas, delapan belas dan dua puluh tahunan masih berbaring di pulau kapuk, maka lihatlah gadis kecil yang tetap istiqomah ini telah meninggalkan pulau kapuknya yang memiliki salju halus itu. 

Sulit aku menceritakan parasnya, tapi jika kamu mengatakan para putri kayangan itu adalah gadis legenda berparas cantik pilihan, maka ia adalah salah satu dari mereka, putri kayangan yang masih kecil memakai busana muslimah yang rapi, berjilbab layaknya orang dewasa tapi wajah imutnya tidak bisa membohongi bahwa ia seorang hawa yang masih berumur lima atau enam tahun. Menggemaskan ketika melihat senyumnya . Jika kamu mengatakan Karena Kapoor atau Katrina Kaif itu adalah cantik agak manis-manis, maka anggap saja hawa kecil ini adalah Karena Kapoor atau Katrina Kaif di waktu kecil yang masih imut memakai jilbab, menggemaskan sekali. Jika kamu mengatakan Ratu Roro Kidul itu gadis pilihan yang tercantik di pulau Jawa pada masa itu, maka dia adalah Ratu Roro Kidul yang masih kecil yang berbusana muslimah memakai jilbab, makin menggemaskan. Kalau kamu pernah nonton film 'Dendam Nyi Pelet' Mak Lampir yang berubah menjadi gadis jelita, maka Hawa kecil yang satu ini adalah Nyi Pelet ketika imut, berbusana muslimah dan memakai jilbab, sungguh menggemaskan. Kalau kamu pernah mendengar bahwa Cleopatra itu adalah cantik dan kecantikannya dapat menaklukkan pangeran Jelius Caisar, maka ia adalah asli titisan Cleopatra junior yang berbusana muslimah memakai jilbab, sangat menggemaskan sekali! Mungkin kalau ia terlahir di Indonesia, maka pada saat ia masih dalam timangan ibunya, akan banyak orang yang menciumnya. Tapi di sini, jangankan mencium umur yang dua tahun, mencium yang masih mungil saja pun tidak boleh. Dianggap pelecehan seksual (kecuali bapaknya, abangnya dan kakeknya sendiri) atau kalau kita sudah dikenal baik oleh bapaknya dan bapaknya tahu kalau kita lelaki yang baik. 

 Sudah lama ingin kutulis tentang hawa yang satu ini, hawa yang membuat kami terkagum padanya. Namun baru subuh ini kutemukan tema dan judul yang tepat untuk mengungkapkannya. Ketika selesai berwudhu itu, aku turun dari lantai dua dan melihat ia sudah takbir, aku mengeluarkan handphone-ku dan memotretnya sambil bergumam, "Bidadari Subuh."

Lihat selengkapnya