Jarum jam menunjukkan pukul empat sore tapi tidak ada tanda-tanda tinta hitam itu menuliskan satu kata di kertas putih milik Gwen. Gadis itu hanya bisa menghembuskan napas, dia tidak bisa menulis satu cerita dalam bukunya tapi tetap berusaha menghasilkan karya.
Benda pipih berwarna merah dengan stiker Boba itu berbunyi, menunjukkan notif pesan dari Dani_kekasihnya.
Buru-buru Gwen mengecilkan volume suaranya takut orang-orang yang berada dalam perpustakaan terganggu.
Bukanya menjawab dia hanya bisa menatap sendu si pemilik nama yang sudah hilang di depan layar ponselnya.
Gwen sangat menyukai Dani tapi perilaku Dani tidak menunjukkan ketertarikan padanya. Dia hanya menelfon atau mengirim pesan saat butuh, seperti sekarang dia mencari gadis itu untuk dibuatkan poster iklan sebagai tugasnya.
Hari-hari Gwen memang tidak sesibuk Dani, tapi dia juga butuh waktu me time untuk mencari ide tulisannya. Kalau seandainya dia membalas dengan tidak bisa, Dani akan mengancam untuk meminta bantuan orang lain. Gwen bisa saja menyetujui hal itu tapi tidak seperti harapannya, Dani memilih meminta bantuan pada perempuan dan bukan laki-laki yang membuat dada Gwen merasakan api cemburu.
Lelaki itu tahu cinta Gwen besar padanya dan malah sengaja mencari cara untuk membuat gadis itu tidak bisa menolaknya. Padahal kenyataannya Gwen tidak sehebat atau sepintar wanita lainnya. Namun, Dani terus meminta tolong padanya.
"Kenapa tidak angkat?" Suara candu itu membuat Gwen refleks menoleh dan mendapati Dani dengan aura sengitnya.
"A-aku .... "
"Kita putus." Hanya itu kalimat yang dilontarkan Dani dan pergi meninggalkan Gwen yang mematung.
Entah itu keberapa kalinya Dani meminta putus tapi dia selalu merasa bersalah dan berharap kapan dia bisa egois seperti dirinya.
***
Gwen menatap dari pantulan cermin, rambut hitam legam sebahu, mata sendu tanpa polesan apapun di wajahnya, sekali melihat orang-orang bisa mengenalinya gadis yang polos, tapi bagaimana kalau mereka tahu dia sering mengemis kasih sayang dari Dani?
Tentu saja mereka ilfil dan mengatainya bodoh, atau mereka malah mengatainya munafik karena tidak sesuai harapan mereka.
Gadis itu ingin menjalani kisah cinta seperti wanita pada umumnya tetapi itu diluar ekpetasinya, saat dia merasa sendirian dirumah hanya lelaki itu yang menemaninya, tapi dengan begitu syarat sebagai barter yang membuatnya muak.
Suara kendaraan memasuki garasi, Gwen kenal itu, mereka adalah orangtuanya. Pekerjaan mereka yang membuatnya jarang di rumah, Gwen tidak pernah menyalahkannya tapi itu membuatnya kesepian apalagi tidak ada sahabat atau saudara yang bisa menemaninya, yang dia tahu mereka sangat jauh dan tidak bisa bertemu.