Izinkan aku menjadi seorang penulis

Nicanser
Chapter #5

5. Buat harimu menyenangkan

Seperti biasa Gwen melarikan diri di taman, dia tidak tahu harus berkata apa nanti pada Rina, yang ada di otaknya yaitu segera pergi meninggalkan kampus.


Sebenarnya dia malu akan bertemu anak SMA itu di sana tetapi sudah sejam tidak ada tanda-tanda anak lelaki itu akan lewat.


"Sebenarnya ada apa denganku?" batin Gwen dan segera beranjak.


***


Kelas menulis sudah mulai lima menit yang lalu, wanita berkacamata sebagai pengajarnya itu mulai memperhatikan dirinya, dari kemarin dia belum mengumpulkan tugas padahal deadlinenya sudah di perpanjang.


Ingin saja dimemarahi Gwen tapi melihat mata bengkak itu membuat dia mengurungkannya dan langsung menghampiri.


"Mungkin kamu butuh patner menulis, mau?" Gwen yang mendengar itu mengerutkan keningnya.


"Akan kuberi alamatnya padamu, kalau seperti itu kalian bisa bertukar pikiran." Gwen mengangguk, dia jadi tambah semnagat.


Wanita itu mengelus kepala Gwen. "Biarkan tanganmu menulis apa yang kamu pikirkan, kamu mungkin tidak bisa berbagi, tapi tanganmu bisa." Setelah mengatakan hal itu, dia kembali ke bangkunya.


Gwen terdiam sesaat, sambil menatap tangannya. Seharusnya dia bisa, dan percaya pada kemampuannya, tidak ada manusia yang memulai langsung benar, pasti mereka juga melewati banyak kesalahan agar bisa berkembang.


***


Kelas usai saat jam menunjukan pukul lima sore, dia menuruti kata ibu Selly sambil mencari-cari alamat yang dikirimkan lewat ponselnya.


Hingga sampai disalah satu rumah bercat hijau muda, tampak dari luar terlihat sepi sampai membuat Gwen menunggu beberapa menit, dia juga mengirim pesan pada bu Selly mengenai nomor patnernya itu.


Hari mulai larut Gwen sudah tak sanggup menunggu dan bu Selly belum ada tanda-tanda menerima pesan itu, dia beranjak dari sana tapi saat hendak pergi seseorang dari belakang menyapanya, Gwen menoleh memastikan kalau itu dirinya.


"Iya, kau!" ucap gadis itu terkekeh.


Gwen menggaruk  hidungnya yang tidak gatal, dia berjalan ragu menuju rumah bercat hitam itu.


"Sedang apa disana?" Gwen berbalik menatap rumah yang ditanya. "Itu, rumah patnerku."


"Patner?" Gwen mengangguk menjawabnya. "Partner menulis."


Terlihat gadis itu hanya manggut-manggut mengerti, lalu menarik tangan Gwen masuk kedalam rumahnya. "Dari pada terlalu lama menunggu mending kau bermain bersamaku, mumpung rumah sepi, ayah, ibu, abang dan adik lagi keluar." jelasnya tanpa Gwen tanya.


Gwen menurut saja toh dia juga akan mendapatkan minuman gratis, dari tadi kehausan dan capek menunggu.

Lihat selengkapnya