Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #1

Alumni 2015

Tika tersentak, dari kejauhan matanya menatap sekumpulan orang yang tengah asik mengobrol di koridor sekolah.

Mereka terlihat sedang membahas sesuatu yang menyenangkan, lantas Tika percepat langkah itu menghampiri keramaian, tak ingin rasanya tertinggal jauh dari kesenangan tersebut.

Gelak tawa memekik memenuhi kedua telinga, mereka begitu menikmati pembahasannya hingga tak sadar Tika sudah sampai di sana.

Dari sekian banyaknya yang hadir pada pertemuan Alumni 2015 ini, seperti hanya Tika seorang yang terlambat datang. Tika menarik napas panjang, perlahan dia hembuskan sebelum akhirnya kaki jenjang itu melangkah mendekati teman-temannya.

“Assalamualaikum,” sapa Tika begitu nyaring, mengalihkan perhatian semua orang. Semua tatapan itu kini terarah padanya.

Wajah yang sudah tiga tahun tidak Tika temui itu sudah sedikit mengalami perubahan, mereka semakin dewasa, wajah polos seorang anak remaja sudah menghilang dengan timbulnya jerawat dibeberapa bagian wajah teman-temannya.

“Waalaikumsalam." Jawaban itu keluar serentak dari mulut teman-temannya.

"Eh, Ka. Apa kabar?” tanya Dian, dia berdiri lantas menepuk bahu Tika. 

“Alhamdulillah baik.” Mata lentik Tika menyapu wajah teman-temannya sebelum akhirnya mengambil posisi duduk di samping Sandi, teman sekaligus saudara jauhnya.

“Lagi bahas apa sih, asik banget?” tanya Tika. Matanya membulat, sedikit dia condongkan wajah kecil itu mendekati yang lain, mencoba untuk menyimak dan turut serta dalam pembahasan tersebut.

“Biasalah bahas masa depan, katanya si Sandi mau jadi bos nih,” jawab Dina sambil tertawa, tangannya menepuk keras bahu Sandi hingga laki-laki dengan perawakan kurus itu terjungkal.

"Astaga Sandi!" jerit Irma yang tak lama kemudian tertawa keras, disusul tawa dari anak-anak yang lain. Tika pun ikut tertawa melihat Sandi yang terjungkal bebas dari kursi.

"Maaf San, gak sengaja," ujar Dian, masih dalam kondisi tertawa.

Sandi berdecak kesal lantas bangun dari posisinya dan kembali mengambil posisi duduk.

"Udahlah, calon bos besar mah gak usah lemah!" timpal Dani.

"Lah siapa yang lemah, sakit beneran nih." Sandi menunjukan sikutnya yang memerah.

"Ntar juga hilang," Dian menimpali.

"Iya."

"Oh iya, ngomong-ngomong tentang masa depan, kalian kapan lulus?" tanya Tika antusias, senang rasanya jika nanti bisa berpartisipasi saat teman-temannya wisuda.

"InsyaAllah tahun ini, Ka. Doain aja lah, lagi mumet nih," jawab Dani

"Iya kalem, di doain itu mah." Tika mengangkat kilat kedua alisnya menyetujui.

"Mumet kenapa si, Dan?" tanya Dian.

Dian mulai menceritakan masalahnya selama kuliah, bukan hanya tentang sidang, tapi semua hal yang dia alami selama menjalani pendidikan tersebut. Jika boleh jujur, Tika tidak terlalu paham dengan apa yang mereka bahas.

Obrolan yang dimulai oleh Tika mulai merambat kemana-mana, satu per satu dari teman-temannya mulai menceritakan pengalaman selama kuliah, hingga tak lama kemudian satu diantara yang lain berkata, “Eh, Ka, maaf ya."

Lihat selengkapnya