"Panas banget," tuturnya menggerutu.
Wanita cantik berambut panjang tertegun di bawah naungan saung kecil di pinggir jalan yang mengarah ke sebuah sekolah.
Dari kejauhan netranya menangkap sekumpulan orang yang tengah asyik berbincang, lantas Tika mengayunkan langkahnya menghampiri mereka yang tidak menghiraukan kedatangannya.
“Assalamualaikum,” sapa wanita bernama lengkap Tika Distiawati, dengan nyaring, mengalihkan perhatian semua orang. Semua mata kini terarah padanya.
Wajah yang sudah tiga tahun tidak Tika temui itu sudah sedikit mengalami perubahan, mereka semakin dewasa, wajah polos seorang anak remaja sudah menghilang dengan timbulnya jerawat dibeberapa bagian wajah teman-temannya.
“Waalaikumsalam." Jawaban itu keluar serentak dari mulut teman-temannya.
"Eh, Ka. Apa kabar?” tanya Dian, dia berdiri lantas mendaratkan pelukan singkat pada Tika.
“Alhamdulillah baik.” Mata lentiknya menyapu wajah mereka sebelum akhirnya mengambil posisi duduk di samping Sandi, teman sekaligus saudara jauhnya.
“Lagi bahas apa sih? Kayaknya asik banget,” tanya Tika. Matanya membulat, sedikit dia condongkan wajah kecil itu mendekati yang lain, mencoba untuk menyimak dan turut serta dalam pembahasan tersebut.
“Biasalah bahas masa depan, katanya si Sandi mau jadi bos nih,” jawab Dina sambil tertawa, tangannya menepuk keras bahu Sandi hingga laki-laki dengan perawakan kurus itu terjungkal.
"Astaga Sandi!" jerit Irma yang tak lama kemudian tertawa keras, disusul tawa dari anak-anak yang lain. Tika pun ikut tertawa melihat Sandi yang terjungkal bebas dari kursi.
"Maaf San, gak sengaja," ujar Dian, masih dalam kondisi tertawa.
Sandi berdecak kesal lantas bangun dari posisinya dan kembali mengambil posisi duduk.
"Udahlah, calon bos besar mah gak usah lemah!" timpal Dani.
"Lah siapa yang lemah, sakit beneran nih." Sandi menunjukan sikutnya yang memerah.
"Ntar juga hilang," Dian menimpali.
"Iya."
"Oh iya, ngomong-ngomong tentang masa depan, kalian kapan lulus?" tanya Tika antusias, senang rasanya jika nanti bisa berpartisipasi saat teman-temannya wisuda.
"InsyaAllah tahun ini, Ka. Doain aja lah, lagi mumet nih," jawab Dani
"Iya kalem, di doain itu mah." Tika mengangkat kilat kedua alisnya menyetujui.
"Mumet kenapa si, Dan?" tanya Dian.
Dani mulai menceritakan masalahnya selama kuliah, bukan hanya tentang skripsinya, tapi semua hal yang dia alami selama menjalani pendidikan tersebut. Jika boleh jujur, Tika tidak terlalu paham dengan apa yang mereka bahas, tapi dia tetap memberikan tanggapan kecil lewat senyuman di wajahnya.
Waktu berlalu dan obrolan pun masih berlanjut. Satu per satu dari teman-temannya mulai menceritakan pengalaman selama kuliah, hingga tak lama kemudian satu diantara yang lain berkata, “Eh, Ka, maaf ya."
Tika dengan wajah bingung pun melirik pada wanita berambut panjang sebahu itu." Maaf kenapa?"
"Kamu gak paham kan sama apa yang kita bahas. Berat nih obrolannya buat orang yang gak makan ilmu pendidikan ... kaya kamu," celetuk wanita pemilik nama Santi, yang berdiri seraya berkacak pinggang, menatap tajam ke arah Tika.