Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #10

Akankah Aku Bertahan?

Siang ini semuanya sedang sibuk bersiap untuk pergi ke luar, Tika yang masih berkutat mempersiapkan kebutuhan Dafit di kamar, sesekali menoleh pada sekumpulan orang yang sedang berbincang di ruang tv.

"Ck! Coba saja hidup aku seperti mereka," keluhnya.

Mereka terlihat begitu asik membahas tempat liburan yang akan dikunjungi hari ini. Mereka juga nampak bersemangat untuk berbelanja oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang esok hari.

Tika menghembuskan napas kasar, ini hari pertama dia bekerja di rumah tersebut, dia harus semangat agar suatu saat nanti bisa memiliki kesempatan yang sama seperti mereka, mengajak keluarga besarnya berlibur.

"Sudahlah, sebaiknya aku fokus saja sama pekerjaan aku." Tika menggeleng dan kembali mengarahkan perhatiannya pada setumpuk barang yang di hadapannya.

“Tisu sudah siap, baju ganti sudah, botol susu juga sudah, apa lagi ya?” gumam Tika seraya kembali memeriksa tas yang akan Arni bawa.

Meskipun tugas utamanya adalah mengasuh Dafit, tapi hari ini Arni memutuskan untuk tidak mengajak Tika pergi dan dia meminta Tika untuk menjaga rumah serta menyiapkan makanan untuk Naib, suami Arni.

“Tika, udah beres semua, kan?” tanya Arni yang sontak mengejutkan Tika yang tengah fokus menyiapkan barang-barang Dafit.

“Oh iya sudah, Bu,” jawab Tika cepat seraya memutar wajahnya ke arah suara.

“Oh iya Tika, nanti suami saya mau pulang, saya minta tolong ya kamu hangatkan makanan yang ada di meja buat suami saya!” pintanya sambil asik merapikan baju yang dia kenakan.

“Berarti makan yang dimasak pagi ini ya, Bu, gak perlu masak apapun lagi?” tanya Tika untuk memastikan.

“Iya, gak perlu.”

“Siap, Bu.”

“Kalau semua barangnya udah siap, tolong bawain ke mobil, ya, kasih ke sopir! Sebentar lagi kita semua mau berangkat,” titah Arni yang sudah rapi dengan pakaiannya yang nampak senada dari atas sampai bawah.

“Baik, Bu.” Bergegas Tika membawa tas itu ke arah mobil, dan menyerahkannya kepada sopir yang juga sedang bersiap-siap untuk berangkat.

“Pak, ini punya Bu Arni.” Tika menyodorkan tas yang cukup berat itu kepada sopir.

“Oh iya.” Sopir itu langsung mengambil tas dan menaruhnya di kursi belakang.

Waktu berlalu cepat, semua orang sudah meninggalkan rumah, dan kini hanya tinggal Tika di rumah tersebut.

Dia menutup cepat pintu gerbang dan menguncinya, tak lama kemudian seorang satpam di depan rumah menghampiri Tika dan bertanya, “Neng baru ya di sini?”

“Iya, Pak. Baru kemarin datang,” jawab Tika dari balik gerbang yang terbuat dari kayu dan besi tersebut.

“Oh gitu. Dari mana?” Dia kembali bertanya, wajahnya terlihat serius, galak dan mencolok dengan bentuk wajahnya yang tegas.

“Dari Garut, Pak,” jawab Tika dengan santai, meski begitu dia sedikit merasa tidak nyaman karena satpam tersebut terus mengajukan pertanyaan.

“Memangnya kenapa ya, Pak?” Tika balik bertanya dengan raut wajah penasaran.

“Enggak apa-apa, yang sebelumnya juga dari daerah Garut,” jawabnya.

“Oh begitu.” Tika menjawab antusias, rasanya senang mendengar kabar tersebut, dia pikir mungkin saja dia mengenal orang tersebut, jika dia menggali lebih banyak informasi.

“Iya, tapi dia mah gak lama, katanya gak betah.”

“Gak betah? Kalau boleh tahu gak betah kenapa ya, Pak?” Tika semakin penasaran setelah satpam tersebut membahas tentang ART sebelumnya.

“Ah nanti juga neng tahu sendiri,” jawabnya menghindari.

“Eh jangan gitu dong, Pak, saya penasaran banget.” Tika memaksa.

“Ya begitulah, Neng. Selain pekerjaannya yang cukup berat, si ibunya juga bikin gak betah, katanya. Tapi sebenarnya keluarga bu Arni baik, cuma karena bu Heryani sudah tua jadi agak bawel, suka marah-marah dan mau menang sendiri,” jawabnya.

Lihat selengkapnya