Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #11

Apa Salahku?

“Bisa diem gak, Teh!” sentak Amad.

Anak itu berdiri seraya berkacak pinggang menghadapkan tubuhnya pada Tika, matanya melotot sempurna seakan bola mata itu hendak menggelinding keluar.

Tika tercengang, dia yang sedang fokus mengajak Dafit bermain tersentak mendengar anak pertama dari majikannya berteriak ke arah dia dengan nada tinggi.

Tangan Tika mengepal hebat, dalam dadanya ada gemuruh panas yang membuatnya terasa sesak.

Sakit hati. Tentu saja Tika merasa tersinggung ketika anak yang baru menginjakkan kakinya di kelas dua Sd itu meneriakinya dengan tidak sopan, dan ini menjadi kali pertama Tika mendapatkan perlakuan tidak mengenakan seperti itu dari seorang anak kecil.

Tika rasa perkataan dan perbuatan tak senonoh seorang anak jauh lebih bisa menyakitinya ketimbang dengan apa yang di lakukan neneknya kepada dia selama ini.

Ya, memang begitu faktanya. Satu hari sebelum kejadin ini, Tika berkutat dengan banyaknya pekerjaan yang mengharuskan dia berjaga sepanjang malam, karena harus mengerjakan banyak hal.

Selain Tika harus mengerjakan semua pekerjaan rumah dan mengurus dua anak sekaligus, Tika juga sibuk mengurus dan membantu anak cucu Heryani yang hendak pulang ke Jakarta.

Setelah semua orang kembali dari berlibur, Tika merapikan semua barang dan bahkan diperintahkan mengurus semua barang bawaan keluarga Heryani, dari mulai mengemas barang, mencuci bahkan menyetrika pakaian yang akan mereka kenakan untuk pulang.

Seharian itu Tika bekerja sampai terlupa dengan niatnya untuk meminjam ponsel kepada Arni, untuk memberikan kabar kepada orang tuanya di kampung.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 malam, dan Tika baru selesai menyetrika pakaian milik tujuh orang, kala itu.

Dengan tubuh yang sudah lelah dan pikiran yang kalut disertai mata yang makin berkabut karena menahan air mata, Tika pun merebahkan tubuhnya hingga tanpa butuh waktu lama dia pun terlelah.

Tuk... tuk...

Suara ketukan yang cukup nyaring memecah keheningan, Tika yang masih tertidur langsung terperanjat dari posisinya, dia menolehkan pandangannya pada jam kecil berwarna hitam yang ada di kamar, waktu sudah menunjukan pukul empat pagi, lantas Tika terlonjak kaget dan segera membuka pintu.

Nampak seorang wanita berpakaian daster serta kacamata tebalnya sudah menunggu di depan pintu. “Baru bangun?” tanya Heryani yang sepertinya sudah menunggu Tika sejak tadi.

'Astagfirullah, kenapa aku bangunnya kesiangan sih,' batin Tika menggerutu.

“Maaf, Bu,” ucap Tika. Perasaan Tika tidak karuan, jantungnya berdetak kencang, rasa takut mulai naik menyelimuti tubuhnya, seharusnya dia bangun lebih awal sebelum wanita itu.

“Kebo banget,” gumamnya lirih. Namun, masih dapat Tika dengar suara itu, sontak kalimat itu berhasil menusuk hati Tika.

Tika yang masih sangat muda dengan perasaannya yang rentan, langsung tak berdaya menahan bendungan air matanya.

Sesekali Tika menyeika air mata yang berhasil lolos ketika Heryani tidak memperhatikannya.

Tika langsung pergi ke arah dapur, dia mulai memasak bersama Heryani. Ya, untuk menu makanan tetap ditentukan oleh Heryani, dan Tika hanya perlu membantu wanita paruh baya itu menyiapkan bahan-bahan dan bumbu dapur.

Lihat selengkapnya