Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #12

Sabar Adalah Jawabannya

Melihat raut wajah dari pemilik warung, Tika yakin kalau apa yang dia rasakan juga diketahui oleh pemilih warung tersebut.

“Ya gitu lah, Bu, dibetah-betahin aja, lagian kan baru beberapa hari,” jawab Tika seraya mengambil uang kembalian yang pemilik warung berikan.

“Yang sabar aja ya kalau kerja di sana mah, soalnya si ibunya bawel banget." Dan benar saja, sesuai dengan apa yang Tika pikirkan.

Sepertinya sudah bukan rahasia lagi di sana, kalau ibu dari majikannya memang dikenal sebagai sebagai sosok yang bawel dan galak.

Tika mengangkat wajahnya, dia membalas tatapan penjual sayur itu dengan wajah memelas. “Begitulah, Bu.”

“Iya lah pasti. Saya sudah tahu. Soal semua orang yang kerja di sana ngadunya ke saya. Tiap datang ke warung pasti ngeluh kalau si ibu sepuhnya galak, bawel dan lain-lain.”

Wajah wanita itu berubah julid, dia bercerita dengan mimik kesal, sudut bibirnya terangkat, sepertinya dia sangat menikmati pembahasan itu, tapi sayang, Tika tidak bisa berlama-lama di sana.

“Jangankan ke anak buahnya, kalau belanja aja suka banyak ini itunya,” tambahnya kemudian, menghentikan Tika yang hendak meninggalkan tempat tersebut.

“Makanya banyak yang gak betah, cuma beberapa bulan langsung pulang dan gak kembali lagi. Tapi mudah-mudahan mah, Neng betah di sini, soalnya kasiah ya bu Arni gak ada yang mau ngasuh anaknya karena kelakuan ibunya.”

“Iya, Bu. Mudah-mudahan aja. Lagian saya juga butuh pekerjaan ini. Ya sudah ya, Bu, saya duluan dulu, soalnya udah ditungguin ini, kalau kelamaan nanti dimarahi.” Tika buru-buru pergi membiarkan wanita pemilik warung dengan mulut terbuka menahan kalimat yang belum sempat dia ucapkan.

“Kasian ya, Mas anak itu. Masih muda udah kerja, mana kerjanya di rumah bu Heryani.” Kalimat yang terucap dengan nada sinis itu masih dapat Tika dengar dari kejauhan. Namun, tidak Tika hiraukan dan meneruskan langkahnya.

Sesekali Tika menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar, ternyata apa yang dia rasakan juga dirasakan oleh orang sebelumnya.

Dia harus lebih kuat lagi, dia harus bisa bertahan di sana, kalau dia lemah seperti itu, maka sakit hati dan usahanya akan sia-sia.

Sesampainya di depan rumah, Tika langsung membuka pintu dan pergi menghampiri Heryani dengan napas tersendat-sendat.

“Ibu ini tempenya.” Tika menyodorkan kresek berisi tempe itu kepada Heryani, dia tidak berani langsung memotong tempe tersebut sebelum ada perintah dari wanita itu, karena salah bentuk saat memotong pun bisa jadi bencana di sana.

“Ya potong atuh!” jawabnya sambil bangun dari fofa tanpa mengambil kresek yang Tika berikan.

Tika mengikuti langkah wanita itu, lantas langsung memotong dan menyiapkan tepung yang dibutuhkan, sementara di ruang tengah, semua anak cucunya sudah memadati ruangan, berkumpul dan bercanda ria, hingga gelak tawa menggema di setiap penjuru rumah.

“Tadi ke mana dulu, lama banget, padahal cuma beli tempe doang?” tanya Heryani dengan ketus.

"Masih rame, Bu," jawab Tika.

Memang betul, pada saat dia datang ke sana, masih ada beberapa ibu-ibu yang sedang berbelanja, walaupun keterlambatan Tika disebabkan obrolannya dengan si pemilik warung sayur tersebut.

"Alah, paling ngobrol dulu," pungkasnya. Matanya mendelik tajam pada Tika.

Deg!

Jantungnya berdetak cepat, Tika semakin ketakutan, air di pelupuk matanya kembali berdesakan, semakin sulit untuk Tika kendalikan.

Tika memilih untuk diam, tidak membantah dan memperjelas keadaan di warung saat itu, dia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi selain berdiam mendengarkan ocehan wanita tua tersebut.

Setelah mengerjakan semua yang harus dikerjakan, Tika punya waktu luang untuk sarapan.

Ya, setelah selesai, dan semua orang sudah beres dengan sarapan dan persiapannya pagi itu, Tika langsung memanfaatkan sisa waktunya untuk sarapan sebelum melanjutkan pekerjaannya.

***

Siang ini, semua orang sudah pergi meninggalkan rumah, tersisa Heryani, Arni, Naib, dan kedua anaknya.

Seperti biasa, meskipun Dafit masih bayi, tapi Tika tetap harus selalu mengawasinya, memberikan susu, dan memastikan keadaannya, sesekali Tika pun mengajak anak bayi itu bercerita, dan mengobrol, untuk melatih tumbuh kembang anak tersebut.

"Tika!" panggil Arni dari arah kamarnya.

Lihat selengkapnya