Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #13

Pelajaran

“Apa sih, Teh?” Amad berdecak malas, matanya memicing tajam ke arah Tika.

Tika mencoba untuk lebih tenang dahulu, dia tidak langsung merapikan kekecauan yang diperbuat Amad, dia lantas bangun dari posisinya dan duduk di sofa tepat di samping Amad.

“Abang. Abang tahu gak kalau apa yang Abang lakukan barusan itu salah?” tanya Tika, dia menatap anak laki-laki yang tidak menghiraukan perkataanya, dan terus sibuk menikmati acara televisi.

“Abang mungkin kesel sama Teteh, tapi Teteh kan lebih tua dari Abang, teteh lebih besar daripada Abang, dan Abang tidak seharusnya bicara sampai melempar piring ke hadapan Teteh, itu namanya gak sopan sayang." Tika terdiam sejenak.

"Lain kali kalau ada sesuatu yang Abang tidak suka, Abang bilang baik-baik sama Teteh, atau sama Bunda!” lanjutnya. Dengan hati yang sudah tenang, Tika mencoba memberikan nasihat pada anak tersebut.

Amad masih bungkam, tidak mau membuka mulutnya atau pun menolehkan pandangannya pada Tika. 

“Abang dengarkan Teteh ngomong apa?” tanya Tika menuntut jawaban. Namun, tak Amad indahkan pertanyaan Tika, seolah dia tidak mendengar apa yang keluar dari mulut gadis tersebut.

“Oke, kalau Abang gak dengar apa kata Teteh, jangan cari Teteh, ya. Teteh mau main sama dede Dafit, Abang nonton aja di sini, sendirian!” Tika terperanjat, baru saja dia hendak melangkah meninggalkan anak laki-laki tersebut, Amad sudah lebih dulu menarik tangan Tika.

“Iya-iya aku dengar,” ujarnya dengan nada terpaksa. Tatapannya kini terarah pada Tika, mata itu masih menajam raut wajahnya pun masih dipenuhi kekesalan, tapi tak membuat Tika jengah, melihat Amad yang memberikan respon saja sudah membuat Tika jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Oke deh. Jadi Abang setuju, ya. Siapapun yang ngasih Abang nasehat baik, sudah seharusnya Abang dengarkan. Abang tidak boleh marah-marah seperti tadi, karena kemarahan itu berasal dari setan,” ucap Tika dengan tegas, kedua matanya menatap mata kecil anak laki-laki berkulit sawo matang itu.

“Iya, Teh. Ih bawel banget deh,” tukasnya.

“Sekarang Abang masih mau gak mie nya?” tanya Tika.

“Mau lah, orang aku lagi laper,” jawabnya judes.

“Oke deh, Teteh buatin dulu ya.” Tika melengos meninggalkan Amad dengan piring dan mie yang masih berserakan di bawah, dia sengaja meninggalkan kekacauan itu untuk melihat respon Amad dengan apa yang telah dia perbuat.

Tika hanya penasaran, apakah anak itu akan punya inisiatif dan kesadaran atas apa yang sudah dia lakukan.

Tika mungkin hanya seorang asisten rumah tangga di sana, dan tidak seharusnya mengatur-atur anak majikannya, tapi Tika rasa dia punya kewajiban untuk mengajarkan hal baik kepada mereka yang dia urus, jangan sampai kelakukan anak-anak itu justru menjadi buruk ketika diasuh olehnya.

Beberapa menit berlalu dan Amad masih belum merapikan sisa kekacauan yang diperbuatnya.

Tika menghampiri anak itu dan mengajak Amad untuk merapikan pecahan piring yang dia lempar. Awalnya Amad menolak, tapi Tika berhasil membuat anak keras kepala itu menurutinya.

“Abang bantuin Teteh merapihkan barang-barangnya yuk,” ajak Tika seraya memunguti pecahan piring yang berserakan memenuhi ruang televisi.

“Gak ah, Teh. Itu kan banyak pecahannya, nanti kalau ke injak kan bahaya,” alasannya tanpa rasa bersalah.

Lihat selengkapnya