Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #14

Kabar Baik

“Ya Allah perluas lagi rasa sabarku, jangan biarkan hati ini benci dan kesal kepada mereka yang tidak memperlakukanku dengan baik!” ucap Tika, melirih seraya menghabiskan sisa makanan di meja saat itu.

Tika mempercepat makannya, dia tidak mau membuat Heryani menunggu terlalu lama, karena dia tidak tahu apa yang akan wanita paruh baya itu lakukan dengan memintanya untuk datang ke kamar.

Sempat terbesit di kepala, mempertanyakan kesalahan yang diperbuatnya hari ini, tapi Tika yakin, dia tidak melakukan kesalahan apapun.

Setelah semua makanan yang tersisa habis, Tika segera merapikan meja dan piring bekasnya. Setelah semuanya selesai, kaki itu melangkah berat mendekati kamar dengan pintu kayu berwarna cokelat tua.

Dengan kondisi dada berdebar, Tika memberanikan mengetuk pintu hingga suara berat dari dalam kamar memerintahkan dirinya untuk masuk.

“Masuk!” titahnya lirih, lantas Tika pun memutar knop dan segera masuk.

“Duduk di sini!” Wanita itu menunjuk ke ujung ranjang, lantas memberikan minyak gosok kepada Tika dan langsung terbaring.

Tika tercengang, dia bingung kenapa wanita itu tiba-tiba memberikan minyak gosok kepadanya tanpa berkata apa-apa.

“Badan saya pegal-pegal semua,” ucapnya. Dia mengangkat kain yang menutupi kakinya, dan menunjuk area betis untuk Tika pijat.

Tika yang langsung sadar dengan kode yang wanita itu berikan, lantas ia pun langsung membaluri kaki yang sudah berkeriput tersebut dengan minyak. Tika mulai memijat degan perlahan dari atas sampai ke telapak kaki.

Keadaan di dalam kamar cukup canggung, tidak ada percakapan apapun di sana, hanya ada suara tv yang memenuhi kedua telinga Tika, sedangkan Heryani fokus dengan ponsel yang dia pegang, dari pantulan cermin terlihat jelas jika wanita itu sedang memainkan game di ponselnya.

Tanpa mengajak wanita itu bicara, Tika meneruskan memijat kaki itu hingga tanpa disadari rasa ngantuk mulai menyerangnya.

Tentu saja, memijat dalam keheningan tanpa mengucapkan satu patah kata pun dan juga kepala yang sedari tadi berisik, membuat gadis muda itu merasa kantuk.

Sesekali dia mengarahkan pandangannya pada jam dinding kecil yang terletak di atas ranjang Heryani, sudah hampir satu jam Tika berasa di kamar tersebut, dan sudah beberapa bagian tubuh yang Tika pijat, tapi wanita itu masih belum memintanya untuk berhenti, hingga di mana wanita berumur setengah abad lebih itu tertidur dengan ponsel yang masih ada di tangannya.

Tika yang melihat itu pun kebingungan, apa dia harus meneruskan pijatannya atau justru dia harus berhenti, karena khawatir akan membangunkan wanita sepuh tersebut.

Disisi lain Tika pun sudah tidak kuat menahan matanya untuk tetap terjaga, mengingat malam kemarin dia hanya tidur beberapa jam saja, Tika takut jika kali ini dia akan bangun kesiangan.

‘Sudahlah, lebih baik aku teruskan saja daripada ujung-ujung dimarahi lagi,’ batin itu dengan menggerutu, bagaimana tidak, sejak kedatangannya ke rumah itu, Tika hanya dapat istirahat di malam hari, itu pun hanya disaat dia tertidur.

Dari bangun sampai detik di saat dia hendak tidur pun, dunia Tika berputar di ruang pekerjaan, dan itu cukup menguras tenaganya.

Jari-jari tangan yang sudah mengasar itu perlahan terdiam di telapak kaki majikannya, Tika sudah tidak berdaya hingga kedua matanya terpejam beberapa saat.

Krek...

Sebuah suara memecah keheningan.

Lihat selengkapnya