Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #21

Luka yang Sama

Hening, Tika menghela napas dalam keheningan, dia membalikan tubuhnya, berjalan meninggalkan jendela ke arah pintu kamar milik Heryani. Dalam ketidaksiapan, dia mengangkat tangannya mencoba mengetuk pintu besar itu.

Krek...

Baru saja Tika akan mengetuk, Heryani seketika keluar dengan wajah terkejut mendapati Tika yang sudah berdiri di depan kamarnya.

“Ada apa?” tanya Heryani dengan mimik bingung, wajah itu menunjukan garis-garis halus, sepertinya wanita berumur itu baru bangun dari tidurnya.

Enak sekali rasanya bisa tidur siang sampai ke sore, Tika bahkan belum pernah merasakan hal itu, meskipun posisi dia berada di kampung halamannya.

“Ibu maaf mengganggu, saya mau minta tolong, apa ibu bisa nemenin de Dafit sebentar? Saya mau nyari Amad dulu, soalnya ini udah sore, takutnya Amad main jauh,” jawab Tika gusar. Dia menggigit kedua bibirnya, menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut wanita itu.

“Anak itu belum pulang dari tadi?” Heryani berjalan melewati Tika, dia duduk di sofa ruang tamu, menatap keluar ruangan mencari keberadaan cucunya.

“Belum, Bu,” jawab Tika.

“Kenapa gak kamu cari dari tadi sih?” Lagi dan lagi, Heryani melempar tatapan mengintimidasi pada gadis yang berdiri di hadapannya tersebut.

“Bukannya tidak mau mencari, Bu, tapi tadi de Dafit sempat rewel karena mau tidur, terus saya juga bingung, khawatir mau ninggalin de Dafit yang lagi tidur, mau bangunin ibu juga gak enak.” Suka tidak suka dengan apa yang Tika katakan, kali ini dia harus angkat suara, terserah jika nantinya Heryani tetap akan memarahinya.

“Ah alasan, padahal tinggal bangunin saya aja. Kan sebelumnya sudah saya ingatkan untuk mencari Amad, kalau dia kenapa-napa bagaimana?” ujarnya membungkam mulut Tika. Tika hanya dapat menunduk sebagai jawaban.

“Udah sekarang cepat cari, ajak dia pulang!” titahnya.

“Kalau gak mau pulang paksa aja! Bilang juga, kalau gak mau pulang gak diajak jalan-jalan! Ancam aja kayak gitu!”

“Iya, Bu. Saya titip Dafit ya, Bu.” Tika bergegas meninggalkan wanita itu, berlari meninggalkan rumah, menyusuri jalanan panjang disetiap perumahan.

Tika yang belum tahu banyak tentang lingkungan di perumahan tersebut berkeliling, mencari rumah teman-teman Amad, sayangnya sudah bolak-balik Tika mencari keberadaan anak itu, Tika masih belum menemukannya.

Dia juga tidak tahu harus bertanya kepada siapa, tidak ada seorang pun yang keluar rumah, warganya sangat tertutup dan sibuk dengan kehidupan masing-masing di rumahnya.

Tika terhenti sejenak, tepat di depan rumah yang luas dan megah, dia berdiri di samping gerbang, mengatur napas yang tersendat-sendat. Sesekali tangannya menepuk-nepuk paha yang terasa pegal.

“Kemana sih mainnya, udah sore gini kenapa gak pulang juga?” gerutu Tika.

“Udah jam segini lagi, nanti kalau Bundanya keburu pulang aku bisa dimarahi,” keluh Tika sambil berdecak.

“Eh nyari siapa?” Sebuah suara dari dalam gerbang memecah keheningan, sontak Tika terkejut, dia memutar tubuhnya menghadap ke arah pemilik suara yang sudah keluar dan berdiri di belakang tubuhnya.

“Eh, Teh. Maaf numpang istirahat bentar ya,” ucap Tika seraya tersenyum.

Lihat selengkapnya